Emotional intelligence is the ability of a person to understand and respond to one's emotions and others and use this understanding to guide his thoughts and actions. Even people with higher emotional intelligence can manage emotions better in the academic environment, the workplace and more, so they often achieve maximum success. Low emotional intelligence seems to be correlated with several psychiatric disorders such as depression, addiction, and educational failure. Depression itself is a feeling of sadness, pessimism and feeling alone and other mood problems. This study aims to determine the relationship between the level of emotional intelligence and the degree of depression in first-year medical students.Abstrak. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk memahami dan merespon emosi seseorang dan orang lain serta menggunakan pemahaman ini untuk memandu pikiran dan tindakannya. Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang lebih tinggi ini pun dapat mengatur emosi yang lebih baik di lingkungan akademik, tempat kerja dan lebih banyak lagi, sehingga mereka sering mencapai kesuksesan yang maksimal. Rendahnya kecerdasan emosi terlihat berkorelasi dengan beberapa gangguan kejiwaan seperti depresi, kecanduan, dan kegagalan pendidikan. Depresi sendiri adalah perasaan sedih, pesimis dan merasa sendirian serta masalah mood lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat tingkat kecerdasan emosi dan derajat depresi pada mahasiswa kedokteran tahun pertama.
Kata Kunci: [depresi, kecerdasan emosi]
PendahuluanMahasiswa adalah seseorang yang tercatat untuk mengikuti proses menimba ilmu di perguruan tinggi dengan batasan umur 18-30 tahun (Sarwono, 2011). Selain itu mahasiswa adalah seorang calon sarjana yang berada di perguruan tinggi dan diharapkan menjadi bibitbibit cerdas serta terpelajar (Knopfemacer, 2012). Mahasiswa baru ini mengalami masa transisi, mereka mencoba menyesuaikan diri, mempertahankan nilai yang bagus, merencanakan masa depan dan berada jauh dari rumah yang sering menyebabkan kecemasan yang berujung pada depresi (Sarokhani, 2013).Dalam proses pembelajarannya banyak mahasiswa baru merasa penuh dengan tuntutan, adanya kebutuhan untuk belajar terus-menerus, tanggung jawab yang berlebihan dan kurangnya waktu untuk istirahat. (Kousha, Bagheri and Heydarzadeh, 2018). Rutinitas yang sering terjadi dalam kehidupan mahasiswa kedokteran adalah tidur yang tidak mencukupi, jam kuliah yang melelahkan, beban keuangan, lingkungan yang tidak mendukung dan faktor sosial lainnya (Onyishi et al., 2016). Proses ini pula mengharuskan mahasiswa untuk mempelajari sebagian besar materi dalam waktu yang singkat, sehingga mengarah