Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh alasan di balik preferensi pemilihan salah satu ragam bahasa Jawa, yakni bahasa Jawa Ngoko di kalangan siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas di lima wilayah kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Alasan pemilihan bahasa ini dipandang memiliki kaitan erat dengan sosialisasi bahasa yang dilakukan di lingkup keluarga, peer groups dan media, baik media sosial maupun media konvensional. Teori mengenai kerentanan bahasa dipakai untuk menganalisis sumber data. Penelitian ini menggunakan mix method, yakni dengan penelitian survei menggunakan analisis kuantitatif terhadap aspek-aspek terkait dengan alasan pemilihan bahasa dan peran subjek-subjek yang berpotensi menjadi enabler factor pemilihan bahasa Jawa Ngoko tersebut. Metode kedua adalah dengan Geographic Information system yang merupakan metode dengan fokus pada spasialitas untuk menengarai sebaran pemilihan-pemilihan bahasa Jawa di lima wilayah yang dianalisis. Penelitian ini menemukan bahwa practical reason menjadi alasan utama dari para siswa untuk menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Habitus DIY merupakan enabler factor alasan pemilihan ragam bahasa ini secara umum di jenjang sekolah yang berbeda. Selain itu, keluarga, peer groups serta sosial media memiliki potensi sebagai enabler factor yang lain meskipun membutuhkan cara dan mekanisme yang berbeda di dalam pengelolaanya. Conducted in one city and five regencies in DIY (the Special Region of Yogyakarta), this study aimed to identify the reason as to why the elementary, junior high, and high school students in these regions prefer using one Javanese register, namely ngoko, over the other registers. It is believed that this preference pertains to language socialization within the family, peer groups, and the media, both social and conventional. The theory of language vulnerability was used to analyze the data. The study employed two relevant quantitative methods. The first one includes a quantitative analysis of survey data on the background of language selection and the roles of subjects believed to be the enabler factors in the selection of ngoko. The second one is GIS (Geographic Information System) mapping to display spatial information on the distribution of Javanese register usage in the five regions. This study found that practicality is the main reason for students to use ngoko in everyday life. The habitus of DIY is an enabler factor in choosing this language variety at different school levels. Additionally, family, peer groups, and social media have the potential to be enabler factors, although it requires different ways and mechanisms to manage them.