2020
DOI: 10.35473/ijpnp.v3i1.504
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Evaluasi Terapi Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Di RS X di Semarang

Abstract: Hipertensi menempati proporsi terbesar kelompok penyakit tidak menular di Jawa Tengah sebesar 60,00% pada 2016 dan meningkat menjadi 64,83% pada 2017. Hipertensi adalah faktor resiko penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner, dan gagal ginjal. Strategi terapi dalam pemilihan obat perlu dicermati agar diperoleh obat yang efektif dan tepat diberikan sehingga dapat menghasilkan efektifitas yang optimum dan tidak menimbulkan Drug Related Problems (DRPs). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemiliha… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2022
2022
2024
2024

Publication Types

Select...
5

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(5 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Pemakaian kombinasi obat dapat memberikan hasil penurunan tekanan darah yang lebih signifikan pada dosis yang lebih rendah dibandingkan penggunaan obat secara tunggal. Oleh karena itu, potensi efek samping yang muncul cenderung lebih kecil (Oktianti, 2020). Kejadian DRPs lain yang ditemukan adalah indikasi tanpa obat sebanyak 4% dimana pasien di diagnosa hipertensi tetapi tidak diberikan obat, hal ini dapat mengakibatkan tekanan darah subyek menjadi tidak stabil dan menyebabkan indikasi atau keluhan yang tidak ditangani pada pasien berpotensi memburuknya kondisi penyakit, gagalnya pencapaian tujuan terapi, peningkatan durasi perawatan, dan juga pembengkakan biaya yang harus dikeluarkan (Tuloli et al, 2021).…”
Section: Karakteristik Golongan Obat Antihipertensiunclassified
“…Pemakaian kombinasi obat dapat memberikan hasil penurunan tekanan darah yang lebih signifikan pada dosis yang lebih rendah dibandingkan penggunaan obat secara tunggal. Oleh karena itu, potensi efek samping yang muncul cenderung lebih kecil (Oktianti, 2020). Kejadian DRPs lain yang ditemukan adalah indikasi tanpa obat sebanyak 4% dimana pasien di diagnosa hipertensi tetapi tidak diberikan obat, hal ini dapat mengakibatkan tekanan darah subyek menjadi tidak stabil dan menyebabkan indikasi atau keluhan yang tidak ditangani pada pasien berpotensi memburuknya kondisi penyakit, gagalnya pencapaian tujuan terapi, peningkatan durasi perawatan, dan juga pembengkakan biaya yang harus dikeluarkan (Tuloli et al, 2021).…”
Section: Karakteristik Golongan Obat Antihipertensiunclassified
“…Pada penelitian ini, ditemukan satu kejadian (0,45%) terkait peresepan obat dalam jumlah yang banyak untuk indikasi, yaitu peresepan 3 jenis obat antihipertensi pada pasien DM tipe 2 dengan hipertensi. Pemberian obat antihipertensi yang terlalu banyak dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat dan ESO yang merugikan (57).…”
Section: E Terlalu Banyak Obat Yang Diresepkan Untuk Indikasi (C17)unclassified
“…Terdapat pasien yang menerima peresepan tiga hingga empat obat hipertensi, dimana hal ini tidak sesuai dengan pedoman. Pemberian antihipertensi yang banyak meningkatkan resiko ESO dan interaksi obat pada pasien [50]. Pemberian antihipertensi lebih dari tiga hingga empat pada pasien dapat diberikan apabila kombinasi dengan menggunakan dua golongan antihipertensi tidak mengakibatkan tercapainya tekanan darah pasien [28].…”
Section: Terlalu Banyak Obat Yang Diresepkanunclassified