This study focus on the process of understanding how Muhammadiyah is interpreted as Islamic organisation abaout tolerance toward non-muslim. The understanding about tolerance toward non-muslim is important because, there are discrimination, intimidation, and attack toward minority groups. Furthermore, this tolerance problems can caused or as trigger to radical actions, especially if it related to political leadership issue. This study aims to understand how the process of understanding of Muhammadiyah as Islamic movement organization about tolerance toward non-muslim. This study used hermeneutika Paul Ricoeur methodology which emphasis on the interpretation on distantiation between text and reader. The findings mentioned that the understanding about tolerance toward non-muslim is rely in al-Qur'an's al-Hujurat verse 15 "lita’arafu", (know each other). In process of distantiation, those verse understood by Muhammadiyah as ukhuwah insaniyah (brotherhood as human being). Discourse practice show that Muhammadiyah’s interpretation influenced by reality that religion plurality is a sunnatullah, and in the context of muamalah. Contextually, this interpretation based on reality that discrimination toward minority group was happen. Finally, this understanding by Muhammadiyah about tolerance toward non-muslim as ukhuwah insaniyah can be used as contra-discourse toward Islamic radical groups, that they assume non-muslim is their enemy.Key Words: Tolerance, Muhammadiyah, Hermeneutics, Interpretation, Ricoeur. ABSTRAKArtikel ini memfokuskan pada proses pemahaman atau penafsiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan mengenai toleransi terhadap non-muslim. Pemahaman atas toleransi terhadap non-muslim saat ini sangat penting di tengah menguatkan tindakan intoleran dan diskriminasi dalam bentuk intimidasi dan penyerangan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Masalah toleransi ini dapat dianggap menjadi salah satu pemicu tindakan radikal, terutama bila dikaitkan dengan isu-isu kepemimpinan politik, pendirian tempat ibadah, dan sejenisnya. Maka dari itu, tujuan artikel ini adalah hendak memahami bagaimana proses pemahaman yang dilakukan oleh Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam berkemajuan mengenai toleransi terhadap non-muslim. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode hermeneutika Paul Ricoeur yang menekankan penafsiran atas teks dengan proses penjarakan (distansiasi) antara teks dan pembaca. Hasil studi menunjukkan bahwa proses pemahaman tentang toleransi terhadap non-muslim didasarkan pada bahasa (ayat) al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 “lita’arafu”, yang berarti supaya saling mengenal. Dalam proses distansiasi bahasa menjadi diskursus, ayat tersebut dipahami oleh Muhammadiyah sebagai ukhuwah insaniyah, yaitu persaudaraan antar-sesama manusia. Praktik diskursus menunjukkan bahwa pemahaman tersebut dilatarbelakangi realitas bahwa pluralitas agama sebagai sunnatullah, dan praktiknya dalam konteks muamalah. Secara kontekstual pemahaman Muhammadiyah tersebut didasarkan pada adanya berbagai bentuk diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Pemahaman Muhammadiyah atas toleransi terhadap non-muslim ini dapat dijadikan sebagai kontra-diskursus atas pemahaman kelompok-kelompok Islam radikal yang menganggap non-muslim sebagai musuh sehingga harus diperangi. Kata Kunci: Toleransi, Muhammadiyah, Hermeneutika, Interpretasi, Ricoeur.