2016
DOI: 10.1088/1755-1315/37/1/012008
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Identification of topographic elements composition based on landform boundaries from radar interferometry segmentation (preliminary study on digital landform mapping)

Abstract: Abstract. Dense vegetation that covers most landscapes in Indonesia becomes a common limitation in mapping the landforms in tropical region. This paper aims to examine the use of radar interferometry for landform mapping in tropical region; to examine the application of segmentation method to develop landform type boundaries; and to identify the topographic elements composition for each type of landform. Using Idrisi® and "eCognition ®" softwares, toposhape analysis, segmentation and multi-spectral classificat… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
6
0
13

Year Published

2017
2017
2023
2023

Publication Types

Select...
7
1

Relationship

0
8

Authors

Journals

citations
Cited by 18 publications
(23 citation statements)
references
References 11 publications
0
6
0
13
Order By: Relevance
“…Berdasarkan data hasil penelitian, geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi dua, yakni bentuk lahan denudasional dan bentuk lahan fluvial. Untuk bentuk lahan denudasional terbagi menjadi dua klasifikasi, yakni Perbukitan rendah belereng bergelombang terdenudasional (PRBD), dengan elevasi 50 -200 meter dan Perbukitan belereng agak miring hingga agak curam terdenudasional (PAMD) dengan elevasi 200 -500 meter (Widyatmanti, et al, 2016). Sementara itu, untuk bentuk lahan fluvial meliputi dataran banjir dan tubuh sungai dengan elevasi masing-masing 0 -50 meter dan 50 -80 meter (Gambar 11) (Wheaton, Fryirs, Brierley, Bangen, Bouwes, & O'Brien, 2015).…”
Section: Geologi Lokalunclassified
“…Berdasarkan data hasil penelitian, geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi dua, yakni bentuk lahan denudasional dan bentuk lahan fluvial. Untuk bentuk lahan denudasional terbagi menjadi dua klasifikasi, yakni Perbukitan rendah belereng bergelombang terdenudasional (PRBD), dengan elevasi 50 -200 meter dan Perbukitan belereng agak miring hingga agak curam terdenudasional (PAMD) dengan elevasi 200 -500 meter (Widyatmanti, et al, 2016). Sementara itu, untuk bentuk lahan fluvial meliputi dataran banjir dan tubuh sungai dengan elevasi masing-masing 0 -50 meter dan 50 -80 meter (Gambar 11) (Wheaton, Fryirs, Brierley, Bangen, Bouwes, & O'Brien, 2015).…”
Section: Geologi Lokalunclassified
“…Dalam penentuan bentuk lahan, digunakan data lapangan serta identifikasi penginderaan jauh (DEM). Bentuk lahan yang terdapat pada daerah penelitian diklasifikasikan menjadi empat bentuk lahan merujuk klasifikasi pada Widyatmanti, dkk., [14] yang dituangkan dalam bentuk peta geomorfologi (gambar 2). Bentuk lahan yang pertama ialah Perbukitan Rendah Denudasional (PRD) memiliki karakteristik morfometri nilai elevasi mulai dari 100 sampai 200 meter dengan tingkat kemiringan lereng landai (3-7%) hingga agak curam (14-20%).…”
Section: Geomorfologi Daerah Penelitianunclassified
“…Gambar 1. Peta Administrasi Daerah Penelitian (Peta Tematik Indonesia, 2015) Satuan geomorfik daerah penelitian terbagi menjadi tiga yang mengacu pada klasifikasi Widyatmanti et al (2016) yaitu Perbukitan Rendah Terdenudasi Kuat (PRTK), Perbukitan Agak Rendah Terdenudasi (PACT), dan Perebukitan Tinggi Struktural (PTS) yang dikontrol oleh lereng landai hingga curam dengan persentase kemiringan 20-140%. Dari karakteristik tersebut, pola aliran yang berkembang pada daerah penelitian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi Twidale (2004) yang terdiri atas pola dendritik dengan arah relatif timurlaut-baratdaya (NE-SW) dan trellis berorientasi barat laut -tenggara (NW-SE) (Gambar 2).…”
Section: Pendahuluanunclassified