Identifying Great Street in Bandung as Part of Bandung Technopolis Concept: a Perception-Based Approach

Abstract

Great Street is required for making a great city. Bandung will develop new City Centre Service (CCS) in Gede Bage with Bandung Technopolis concept which one of the main programs is making Bandung Great Street. It is important to see potencies and problems based on the user perspective so that the concepts will be applicative and effective. Using the perception-based approach, this paper aims to identify the perception of the street user in Bandung based on their experience in using the streets in Bandung, so it can lead to a contextual concept. From Jacobs's Great Street Criteria, the PPS's criteria and Bandung Great Street criteria can be summarized into five normative variables such as activities, comfortable and amenities, walkability and transportation option, visual attractiveness, and local identity. The analyzed variables are preferences of the favorite street in Bandung, the reasons, the real usages of the street, the way of using the street, the companion in using the street, and the interesting things. These variables represent all normative variables which combined with three perception variables such as cognitive, affective and conative. After analyzing the data, it can be concluded that the respondents prefer Ir. H. Djuanda Street, Braga Street, and RE Martadinata Street as the most favorite street, and choose Cihampelas Street as the least favorite street.

Identifikasi dan Pola Hubungan Karakteristik Pejalan Kaki Dengan Alasan Berjalan di Sepanjang Jalan Braga

“…Salah satu infrastruktur kota yang dapat mencerminkan kualitas sebuah Kota adalah jalan, kualitas jalan akan dipengaruhi oleh kualitas trotoar. Trotoar yang cukup lebar dan nyaman bagi pejalan kaki, dapat mencerminkan sebuah jalan disebut sebagai Greet Street (Syarlianti, 2016). Karena secara persepsi Jalan dengan julukan Greet street akan dilihat pertama kali dari kualitas jalur pejalan kakinya.…”

“…Jalan Braga memiliki panjang sekitar ± 800 meter yang dibagi menjadi 3 segmen, dengan dua jalur dan satu arah. Jalan Braga sangat populer di Kota Bandung sejak didirikan pada zaman Kolonial dan menjadi salah satu Jalan yang paling favorit di Kota Bandung (Syarlianti, 2016). Perjalanan pejalan kaki meningkat pada daerah dimana trotoar menyediakan lebih banyak fasilitas bagi pejalan kaki, seperti ketersediaan tempat duduk dan meja, material yang kuat dan nyaman untuk berjalan, ketersedian penerangan jalan pada malam hari, aksesibilitas menuju berbagai fungsi bangunan, keamanan, nilai estetis, serta ketersediaan penyebrangan jalan (Arshad dan Baham, 2016).…”

“…Karena alasan ini, jalan Braga sangat berkontribusi terhadap julukan Kota Bandung sebagai "Paris Van Java". Sebagian besar pejalan kaki di sepanjang jalan Braga, berjalan bersama teman teman untuk menikmati bangunan dengan gaya arsitektur kolonial (Syarlianti, 2016). Setiap orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki akan didukung oleh elemen trotoar yang ramah terhadap pejalan kaki (Leong, 2011).…”

“…Hasil penelitian ini mendukung penelitian (Syarlianti, 2016), yang mengungkapkan bahwa sebagian besar pejalan kaki berjalan di Jalan Braga adalah bersama teman.…”

“…Hasil penelitian ini mendukung penelitian (Syarlianti, 2016) yang mengungkapkan bahwa sebagian besar orang yang datang ke Jalan Braga adalah untuk menikmati bangunan dengan gaya arsitektur kolonial. Menikmati suasana Jalan Braga tentu erat kaitannya dengan suasana Jalan Braga yang merupakan Jalan bersejarah bagi perkembangan Kota Bandung.…”