2019
DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v3i0.28556
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Kajian Kondisi Atmosfer Saat Kejadian Hujan Ekstrem Di Padang Sumatera Barat (Studi Kasus Tanggal 14 Februari 2018)

Abstract: <p class="AbstractEnglish"><strong>Abstract:</strong> Padang's West Sumatra region has an equatorial rain pattern, where every year there are two peaks of rain. On February 14, 2018, there has been extreme rain in the Padang area, West Sumatra reaching 193 mm / day. In this extreme rain study using ECMWF reanalysis data, HIMAWARI -8 satellite data, and observation data on the Minangkabau Meteorological Station, Padang. The data is processed using tables, and images then analyzed descriptively… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(4 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Hal ini menyebabkan uap air yang dihasilkan di wilayah Indonesia lebih tinggi dan mendukung terbentuknya awan-awan konvektif pembawa hujan [1]. Curah hujan tinggi dapat menjadi salah satu faktor penyebab bencana banjir yang merugikan manusia [2]. Oleh karena itu, data informasi curah hujan sangat diperlukan sebagai peringatan dini cuaca dan antisipasi bencana hidrometeorologi serta penelitian yang berkaitan dengan siklus hidrologi [3].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hal ini menyebabkan uap air yang dihasilkan di wilayah Indonesia lebih tinggi dan mendukung terbentuknya awan-awan konvektif pembawa hujan [1]. Curah hujan tinggi dapat menjadi salah satu faktor penyebab bencana banjir yang merugikan manusia [2]. Oleh karena itu, data informasi curah hujan sangat diperlukan sebagai peringatan dini cuaca dan antisipasi bencana hidrometeorologi serta penelitian yang berkaitan dengan siklus hidrologi [3].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Penelitian penentuan ambang batas CAPE di Stasiun Meteorologi Juanda pada periode 2010-2014 menunjukkan pada bulan DJF (Desember, Januari, Februari) awan Cb mulai muncul pada interval nilai CAPE < 691 J/kg dan cukup baik apabila diterapkan di wilayah Jakarta, Surabaya dan Ambon [6]. Kemudian pada penelitian di wilayah Padang, menunjukkan adanya belokan angin dan peningkatan suhu muka laut yang mengakibatkan ketidak stabilan atmosfer sehingga memicu pembentukan awan konvektif [7]. Selanjutnya, terdapat penelitian pada saat hujan di Jakarta tahun 2013-2016 dimana pada kesimpulan diperoleh nilai CAPE bernilai lebih dari 470 J/kg pada saat kejadian hujan lebat dari malam hingga pagi hari [3].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Berdasarkan peta pada Gambar 10, nilai CAPE mulai mengalami kenaikan pada pukul 10.00 UTC di wilayah Serang dan DKI Jakarta. Nilai CAPE dikategorikan lemah apabila <1000 J/kg kemudian dikategorikan moderat apabila berkisar antara 1000-2500 J/kg serta nilai CAPE dikategorikan kuat apabila nilai CAPE >2500 J/kg [7]. Pada pukul 14.00 UTC, nilai CAPE di wilayah Serang mencapai >2200 J/kg yang menandakan ketidakstabilan moderat-kuat sedangkan di wilayah DKI Jakarta mencapai 1200-1400 J/kg yang menandakan ketidakstabilan moderat.…”
Section: Cape (Convective Available Potential Energy)unclassified
“…ada 427 kasus bencana alam yang melanda provinsi Bali menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Banjir yang terjadi di Bali pada 5 dan 6 Desember 2021 disebut melanda hampir seluruh wilayah Bali Selatan [1][2][3]. CNN Indonesia dan Kompas.com melaporkan pada tanggal 6 Desember 2021, hujan lebat pada 5 hingga 6 Desember menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah Bali.…”
unclassified