In a church that is definitely inseparable from a conflict, because church groups are also filled with people from different backgrounds both from perspectives and understanding, between church congregations and assemblies and pastors. Thus causing differences of opinion, this makes it impossible for church groups to avoid conflict, and results in a loss of harmony in the Church. Seeing this fact, the author's reason in this paper is to provide an effort to reconcile conflicts in the church by making the attitude of Christian hospitality relevant in the raputalang culture. The approach used by the author in this paper is qualitative and literature study. The purpose of this writing is to teach members of the church how to apply an attitude of Christian hospitality in the Raputallang culture as an effort to reconcile conflicts in the Church. This Christian hospitality is a form of hospitality to everyone, as an image of God that every believer must have, by prioritizing mutual forgiveness and bringing the church to grow in faith.
Dalam sebuah Gereja yang pasti tidak akan terlepas dari sebuah konflik, di karenakan kelompok gereja juga di isi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda baik dari cara pandang dan pemahaman, antara jemaat gereja dan majelis serta pendeta. Sehingga menimbulkan perbedaan pendapat, hal ini membuat kelompok gereja tidak mungkin terhindar dari konflik, dan mengakibatkan hilangnya keharmonisan dalam Gereja. Melihat realitas tersebut, itulah sebabnya penulis dalam tulisan ini hendak memberikan upaya rekonsiliasi konflik di gereja dengan merelevansikan sikap hospitalitas Kristen dalam budaya raputalang. Pendekatan yang digunakan penulis dalam tulisan ini ialah kualitatif dan studi pustaka. Tujuan dari penulisan ini ditujukan kepada warga jemaat dalam Gereja bagaimana menerapkan sikap hospitalitas Kristen dalam budaya Raputallang sebagai upaya rekonsiliasi konflik di Gereja. Hospitalitas Kristen tersebut menjadi bentuk keramahtamahan kepada semua orang, sebagai gambar Allah yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya, dengan mengutamakan sikap saling mengampuni dan membawa gereja semakin bertumbuh dalam iman.