Peatland is unique, marginal and fragile ecosystem, therefore its utilization should be based on careful research and planning, and requires support from stakeholders. The utilization of peatland by community is generally in the forms of yards, fields, and gardens. The study aims to examine community activities on peatland to be source of livelihood and income. Research was conducted in Bram Itam Raya and Mekar Jaya villages, Tanjung Jabung Barat District. Data were analyzed by using thematic, economic social dimension analysis, and SWOT analysis. The results show the activities that can be source of livelihood and income in peatland are plantation, agriculture, and other forest products while income from non-land are entrepreneurship, services and livestock. People's livelihoods generally are plantation farmers (60.35%), with main commodities pinang, coffee, and palm oil, with average income greater than UMP namely up to Rp4,467,282.61per month. It illustrates that income from peatland can fulfill their needs properly. There is limited knowledge of farmer in cultivating land, selection of plant species that can be adapted to biophysical conditions and how to cope with pests and diseases. To overcome limitation of community knowledge, it is necessary to provide alternative activities and sources of livelihood with agroforestry techniques.
ABSTRAKLahan gambut merupakan ekosistem unik, marginal, dan fragile, dalam pemanfaatannya harus didasarkan penelitian dan perencanaan yang matang serta memerlukan dukungan berbagai pihak. Pemanfaatan lahan gambut oleh masyarakat umumnya berupa pekarangan, ladang, dan kebun. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kegiatan masyarakat di lahan gambut yang dapat menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan. Penelitian dilakukan di Desa Bram Itam Raya dan Kelurahan Mekar Jaya, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Data dianalisis menggunakan analisis tematik, economic social dimension analysis, dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang dapat menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan di lahan gambut yaitu perkebunan, pertanian, dan hasil hutan lainnya. Pendapatan dari non lahan yaitu wirausaha, jasa tenaga, peternakan. Mata pencaharian masyarakat umumnya sebagai pekebun (60,35%), dengan komoditi andalan pinang, kopi, dan kelapa sawit, dengan pendapatan rata-rata lebih besar dari upah minimum provinsi (UMP) yaitu Rp4.467.282,61 per bulan. Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan dari lahan gambut dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) masyarakat. Terdapat keterbatasan pengetahuan petani dalam mengolah lahan, pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi biofisik lahan gambut, serta cara mengatasi serangan hama penyakit tanaman. Untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan masyarakat, perlu untuk menyediakan pilihan kegiatan dan sumber mata pencaharian dengan teknik agroforestri.Kata kunci: Lahan gambut, mata pencaharian, pendapatan.