2019
DOI: 10.23971/jsam.v15i1.1138
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Kontestasi atas Otoritas Teks Suci Islam di Era Disrupsi: Bagaimana Kelas Menengah Muslim Indonesia Memperlakukan Hadis melalui Media Baru

Abstract: This paper was written to become a preliminary record of the hadith debate as one of the sacred texts of Islam in the disruption era. An era marked by the rise of new media, namely alternative media, which in its development has become a new field of religious discourse debate. The debate about Hadith also found its momentum increasingly dynamic. For instance, Muslims in Indonesia use new media to access and make hadith as a lifestyle reference. The emerging of terms such as halal food, syar'i heads carves, ha… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
2
0
2

Year Published

2020
2020
2022
2022

Publication Types

Select...
4
1

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(4 citation statements)
references
References 4 publications
0
2
0
2
Order By: Relevance
“…Studinya Ahmadi (2019) tentang kelas menengah dan otoritas teks suci di media sosial menemukan bahwa kelas menegah muslim memanfaatkan media baru untuk mengakses teks suci dan menjadikannya sebagai rujukan gaya hidup. Dengan karakter pemaknaan yang tekstualis dan fundamentalis, fakta yang semacam ini mampu melahirkan fabrikasi distorsi pemahaman dan terbelahnya otoritas keagamaan (Ahmadi, 2019). Tidak hanya itu, bahwa dakwah yang dilakukan di dalam media sosial ternyata menjadi model dakwah bagi kelas menengah muslim di Indonesia, seperti yang ditemukan oleh Dewi and Fata (2021) dalam studinya tentang model dakwah kelas menengah muslim menemukan tiga model dakwah yang berlaku di kelas menengah muslim Indonesia.…”
Section: Gaya Hidup Kelas Menengah Muslim DI Indonesiaunclassified
“…Studinya Ahmadi (2019) tentang kelas menengah dan otoritas teks suci di media sosial menemukan bahwa kelas menegah muslim memanfaatkan media baru untuk mengakses teks suci dan menjadikannya sebagai rujukan gaya hidup. Dengan karakter pemaknaan yang tekstualis dan fundamentalis, fakta yang semacam ini mampu melahirkan fabrikasi distorsi pemahaman dan terbelahnya otoritas keagamaan (Ahmadi, 2019). Tidak hanya itu, bahwa dakwah yang dilakukan di dalam media sosial ternyata menjadi model dakwah bagi kelas menengah muslim di Indonesia, seperti yang ditemukan oleh Dewi and Fata (2021) dalam studinya tentang model dakwah kelas menengah muslim menemukan tiga model dakwah yang berlaku di kelas menengah muslim Indonesia.…”
Section: Gaya Hidup Kelas Menengah Muslim DI Indonesiaunclassified
“…This is because social media is very open and accessible to anyone related to religious content or narratives. (2) Shifting religious authority from personal into impersonal (3) Excessive mindset and behavior: there is a love for technology and religious consumerism, information or teachings obtained from social media become the basis for action [39]. This reality is clouded by the post-truth phenomenon that has the potential to sharpen polarization in society, marked by the increasingly viral understanding that tends to carry religious, racial and interest group sentiments which can be a challenge as well as an obstacle in spurring the sustainability of national development.…”
Section: Narrative Of Inter-religious Harmony In New Mediamentioning
confidence: 99%
“…Ta'ashub yang berlebihan atau sikap fanatik terhadap ajaran yang dianutnya seringkali memunculkan sikap eksklusif dan tidak permisif terhadap pemahaman orang lain. (Rizqa, 2019) .…”
Section: Dampak Kontesasi Dakwah DI Flatform Youtubeunclassified