Independent learning (Merdeka Belajar) provides challenges and opportunities for teachers to develop creativity, capacity, personality, and student needs. In independent learning, students are the main factor in the design of learning activities. In order to better understand the students as a major in independent learning, then Kant's Cognitive Revolution concept of the subject. Kant's Copernican revolution was a reversal of rationalism and empiricism in terms of understanding reality. Initially, philosophers based the assumption of understanding on the reality that the subject directs himself to the object. This assumption continues until Kant proposes an argument that contradicts this assumption, namely that the object directs itself to the subject. Kant's arguments are known through the critique of pure reason, the critique of practical reason, and the critique of judgment. Kant's Copernican revolution had philosophical implications for many methodological and practical disciplines. This article aims to provide an explanation based on Kant's cooperative revolution on educational practices in Indonesia, namely Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), then whether Kant's suitcase revolution focuses on the subject (students) as a center of education and whether Kant's cooperative revolution provides a constructivist philosophical framework for the philosophy of education and in the Indonesian context, as a philosophical basis for Merdeka Belajar Kampus Merdeka-MBKM (application in Christian education). Kant's Copernican revolution provides a philosophical framework for education (philosophy of education) that in practice the subject (student) is an autonomous subject who is free to study what is important to him, both at the elementary, secondary, and tertiary levels. AbstrakMerdeka belajar memberikan tantangan dan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan kreativitas, kapasitas, kepribadian dan kebutuhan siswa. Dalam Merdeka belajar, siswa menjadi faktor utama dalam desaian kegiatan pembelajaran. Untuk memahami dengan lebih baik siswa sebagai subjek utama dalam Merdeka belajar maka konsep revolusi kopernikan Kant ditafsirkan. Semula, terdapat asumsi pemahaman atas realitas bahwa subjek mengarahkan diri pada objek. Asumsi ini terus bergulir hingga Kant mengajukan argumentasi yang bertolakbelakang dengan asumsi tersebut, yakni objek mengarahkan diri pada subjek. Argumentasi ini dikenal sebagai kritik akal murni, kritik akal praktis, dan kritik atas daya pertimbangan. Implikasi revolusi ini mengena berbagai disiplin ilmu baik secara metodologis maupun praktis. Artikel ini bertujuan untuk menesuluri pemahaman berdasarkan revolusi kopernikan Kant dalam kaitannya atas praktik pendidikan di Indonesia, yakni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Fokus penelusuran adalah apakah revolusi kopernikan Kant berfokus pada subjek (siswa) sebagai pusat pendidikan dan apakah hal ini memberikan kerangka filosofis konstruktivistis bagi filsafat pendidikan dan dalam konteks Indonesia, sebagai dasar filosofis bagi Merdeka Belajar Kampus Merdeka-MBKM (aplikasi dalam Pendidikan Agama Kristen)? Hasil penelitian menunjukkan revolusi kopernikan Kant memberikan kerangka kerja filosofis bagi pendidikan (filsafat pendidikan) di Indonesia bahwa dalam praktiknya subjek (siswa) adalah subjek otonom yang bebas untuk mempelajari apa yang penting baginya, baik di tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi sehingga salah satu metode yang efektif adalah experiential learning.