Land characteristics and suitability for tilapia culture at different seasons in brackish water ponds of Bontoa Subdistrict, Maros Regency, Indonesia

Abstract

Non-shrimp commodities diversification is an alternative for increasing aquaculture production, including brackish water ponds in Bontoa Subdistrict, Maros Regency, South Sulawesi Province, Indonesia. Therefore, a study was conducted to analysis land characteristics in an effort to determine land suitability for tilapia (Oreochromis niloticus) in ponds at different seasons. Factors considered in determining land characteristics and suitability are topography and tide, soil quality, water quality, and climate. Spatial analysis in Geographic Information Systems is used in determining land suitability for tilapia in ponds. The results showed that the land of ponds in the Bontoa Subdistrict has a slope of less than 2%, a tide of 1.38 m, dominated by acid sulfate soil, low water salinity in the rainy season and relatively high of salinity in the dry season with rainfall reaches 3,531 mm/year. In rainy season, from 3,072.6 ha of ponds in Bontoa Subdistrict, 252.2 ha classified as highly suitable (S1 class) and 2,820.4 ha is moderately suitable (S2 class) for tilapia, while in dry season which is moderately suitable (S2 class) area of 2,207.9 ha and classified as not suitable (N class) area of 864.7 ha. High water salinity in the dry season in Bontoa Subdistrict is the main limiting factor for tilapia in ponds.

Identifying the Environmental Factors that Determine the Agar Content of Seaweed <i>Gracilaria verrucosa</i> in Acid Sulfate Soil-Affected Brackishwater Ponds

“…Increasing pH and decreasing Al and Fe content can be done through remediation, both remediation in the form of drying, flooding, and flashing the soil as well as in the form of liming. The principle of remediation through drying, flooding, and flashing the soil is drying the soil to oxidize FeS 2 , flooding to dissolve and neutralize acidity or reduce further acid production, and flushing to remove oxidation products and minimize reserves of soil Al and Fe elements which ultimately also increase pH soil [95][96][97][98]. Another form of remediation in the form of liming can be carried out to increase the pH and reduce toxic elements such as Al and Fe and the elements that cause soil acidity that remain in the soil.…”

Strategi Pengembangan Budi Daya Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) di Kabupaten Pati

“…Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat menghambat penetrasi cahaya dan sirkulasi oksigen ke dalam air. Selain itu, air yang keruh berpotensi membatasi pandangan dan menyebabkan infiltrasi tanah liat ke organ pernapasan ikan (Hendrajat et al, 2018;Mustafa et al, 2020). Hal inilah yang menyebabkan ikan yang dibudidayakan di lahan berlumpur memiliki bau dan cita rasa lumpur yang khas.…”

PERFORMA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) PADA MUSIM KEMARAU DI TAMBAK KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS

“…Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati et al (2020) di kawasan pesisir Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pada musim kemarau ditunjukkan dengan suhu, salinitas, pH, dan nitrit yang lebih tinggi daripada musim hujan, sebaliknya oksigen terlarut, nitrogen amonia total, nitrat, dan fosfat yang lebih rendah daripada musim hujan. Telah dilaporkan pula oleh Mustafa et al (2020) bahwa yang menjadi faktor pembatas untuk budidaya tambak pada musim kemarau di Kabupaten Maros adalah salinitas yang relatif tinggi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa budidaya udang windu di tambak Kabupaten Maros pada musim kemarau merupakan kondisi yang tidak optimal.…”

“…Dari Tabel 3 terlihat bahwa salinitas air di tambak berkisar 36,63 sampai 44,73 ppt dengan rata-rata 40,89 ppt pada awal budidaya udang windu dan meningkat menjadi berkisar 41,36 sampai 69,40 ppt dengan ratarata 53,48 ppt pada akhir budidaya udang windu (Tabel 4). Telah dilaporkan sebelumnya oleh Mustafa et al (2020) Media Akuakultur, 16 (1), 2021, 45-56 dilaksanakan ini termasuk pada musim kemarau. Mungkin ini pula yang menyebabkan pertumbuhan dan penghidupan dan akhirnya produksi udang windu yang lebih baik dijumpai di tambak-F (Tabel 5), sebab salinitas air berkisar 36,63 sampai 41,46 ppt; suatu kondisi salinitas yang lebih baik dari tambak lainnya.…”