Salah satu program dari Gubernur Sulawesi Selatan periode 2018-2023 adalah mengembalikan kejayaan udang windu di Sulawesi Selatan. Telah dilakukan kegiatan yang bertujuan mengetahui performa budidaya udang windu di tambak pembudidaya yang dilaksanakan pada musim kemarau tahun 2019 di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Kegiatan budidaya udang windu teknologi tradisional plus dilaksanakan di tambak Dusun Kurilompo, Desa Nisombalia Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Sebanyak enam petak tambak pembudidaya ditebari tokolan udang windu dengan padat penebaran dari 10.000 sampai 30.000 ekor/ha. Setelah dipelihara selama 69 sampai 80 hari dilakukan panen dan selanjutnya dilakukan penentuan sintasan, bobot rata-rata, produksi udang windu, dan rasio konversi pakan (RKP). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kualitas air di tambak Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros pada musim kemarau dicirikan dengan salinitas yang berkisar antara 36,63-69,40 ppt; suatu kondisi yang tidak optimal untuk budidaya udang windu. Pada saat panen didapatkan sintasan udang windu dari 27,57% sampai 66,67%; bobot rata-rata dari 14,29-40,00 g/ekor; produksi dari 90,1-800,0 kg/ha/musim; dan RKP dari 0,54:1 sampai 2,10:1. Disimpulkan bahwa budidaya udang windu di tambak bersalinitas tinggi di daerah ini merupakan penyebab utama rendahnya sintasan, bobot rata-rata, produksi udang windu, dan RKP. Direkomendasikan bahwa perbaikan budidaya udang dengan menjaga tingkat salinitas dalam nilai optimal harus disosialisasikan kepada pembudidaya udang windu di daerah tersebut.One of the main aquaculture development targeted by the South Sulawesi Province for the period 2018-2023 is to restore the glory of tiger shrimp farming in South Sulawesi. The recent study was carried out to uncover redevelopment opportunities of tiger shrimp culture and determine the performance of tiger shrimp culture in the farmers’ ponds. The study was performed during the dry season in Marusu Subdistrict Maros District, in 2019. Traditional plus tiger shrimp farming activities were carried out in the ponds of Kurilompo Subvillage, Nisombalia Village, Marusu Subdistrict, Maros District. A total of six brackishwater ponds were stocked with tiger shrimp fingerling with stocking densities of 10,000-30,000 ind./ha. After being cultured for 69 to 80 days, the shrimp were harvested and measured their survival rate, average weight, production of tiger shrimp, and feed conversion ratio (FCR). The data obtained were analyzed with descriptive statistics. The results showed that water quality in brackishwater ponds of Marusu Subdstrict Maros District, in the dry season is characterized by salinity ranging from 36.63 to 69.40 ppt, a condition that is not optimal for tiger shrimp culture. At harvest, the survival rate, average weight, production, and FCR of the farmed average tiger shrimp were 27.57%-66.67%, 14.29-40.00 g/ind., 90.1-800.0 kg/ha/season, and 0.54:1-2.10:1, respectively. It is concluded that the culture of tiger shrimp in the brackishwater ponds with high salinity in this area is the primary cause of poor survival rate, average weight, production of tiger shrimp, and FCR. It is recommended that culture shrimp improvement via maintaining salinity level within the optimal values has to be disseminated to the fish farmers in the area.
Non-shrimp commodities diversification is an alternative for increasing aquaculture production, including brackish water ponds in Bontoa Subdistrict, Maros Regency, South Sulawesi Province, Indonesia. Therefore, a study was conducted to analysis land characteristics in an effort to determine land suitability for tilapia (Oreochromis niloticus) in ponds at different seasons. Factors considered in determining land characteristics and suitability are topography and tide, soil quality, water quality, and climate. Spatial analysis in Geographic Information Systems is used in determining land suitability for tilapia in ponds. The results showed that the land of ponds in the Bontoa Subdistrict has a slope of less than 2%, a tide of 1.38 m, dominated by acid sulfate soil, low water salinity in the rainy season and relatively high of salinity in the dry season with rainfall reaches 3,531 mm/year. In rainy season, from 3,072.6 ha of ponds in Bontoa Subdistrict, 252.2 ha classified as highly suitable (S1 class) and 2,820.4 ha is moderately suitable (S2 class) for tilapia, while in dry season which is moderately suitable (S2 class) area of 2,207.9 ha and classified as not suitable (N class) area of 864.7 ha. High water salinity in the dry season in Bontoa Subdistrict is the main limiting factor for tilapia in ponds.
Daya dukung dan faktor pembatasnya memiliki pengaruh penting terhadap keberhasilan kegiatan akuakultur, termasuk tambak di Kabupaten Berau. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan daya dukung lingkungan dan faktor pembatasnya di tambak Kecamatan Tabalar dan Biatan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur agar produktivitas tambak dapat ditingkatkan dan berkelanjutan. Faktor yang dipertimbangkan dalam analisis daya dukung lingkungan dan faktor pembatasnyaadalah topografi dan hidrologi, kualitas tanah, kualitas air, dan iklim. Penentuan daya dukung lingkungan dengan sistem pembobotan yang mengacu pada modifikasi Poernomo (1992) diaplikasikan dalam penelitian ini. Faktor pembatas daya dukung lingkungan ditentukan dengan mengembangkan pendapat dari Sys et al. (1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung lingkungan di kawasan pertambakan di Kecamatan Tabalar dan Biatan adalah masing-masing 67,36 dan 65,84%, sehingga luas tambak yang dapat didukung berturut-turut: 533,95 dan 38,50 ha. Di Kecamatan Tabalar dan Biatan didapatkan faktor pembatas sedang dari daya dukung lingkungan tambak berupa ∆ pH (pHF-pHFOX) tanah, C organik tanah, N-total tanah, dan bahan organik total air, sedangkan faktor pembatas berat berupa PO4 air, NH3 air, dan bulan kering. Untuk mengurangi faktor pembatas sehingga meningkatkan daya dukung lingkungan tambak disarankan untuk menerapkan konservasi lahan, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengelola air secara tepat.
Kabupaten Brebes memiliki lahan tambak yang produktivitasnya masih tergolong relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan survai untuk mengetahui karakteristik lahan dalam upaya menentukan kesesuaian dan pengelolaan lahan untuk budidaya tambak dalam upaya peningkatan produktivitas tambak di Kabupaten Brebes. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: tanah, topografi, hidrologi, dan iklim. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah kualitas air Sungai Kluwut dan pesisir Kecamatan Bulakamba kurang mendukung sebagai sumber air primer untuk kegiatan budidaya pada musim kemarau. Kualitas tanah tambak secara umum dapat mendukung usaha tambak yang dikelola secara tradisional sampai madya, di mana pada areal tertentu dijumpai adanya potensi kemasaman walaupun dalam jumlah yang rendah. Dari luas tambak yang ada di Kecamatan Bulakamba, yaitu 1.485,3 ha ternyata tidak ada tambak yang tergolong sangat sesuai (kelas S1), 145,7 ha tergolong cukup sesuai (kelas S2) dan 1.339,6 ha tergolong kurang sesuai (kelas S3). Upaya remediasi perlu dilakukan pada areal yang memiliki kandungan SPOS tanah tinggi dan perlu pula dilakukan pemupukan yang mengandung nitrogen seperti urea untuk menstabilkan rasio C:N tanah serta penambahan pupuk kandang untuk memperbaiki struktur tanah yang didominasi oleh fraksi liat. Perlu adanya upaya input teknologi dan infrastruktur untuk aliran massa air tawar dan penentuan pola dan waktu budidaya dengan memperhatikan faktor kunci salinitas.
Komoditas udang Windu di Kabupaten Kotabaru hanya sebagai komoditas primer sehingga nilai tambah yang dimiliki belum dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui resiko produksi; (2) untuk mengetahui analisis pendapatan usaha petambak budi daya udang windu, dan; (3) untuk mengetahui resiko pendapatan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan selatan. Jumlah responden sebanyak 32 orang secara acak. Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan budi daya udang yang diperoleh setiap musim tanam sebesar Rp.11.031.970/Ha/musim tanam, dengan pay back periode sebesar 7,24. Analisis resiko produksi menunjukkan bahwa koefisien variansi produksi sebesar 0,444 dengan batas bawah sebesar 32.225 Kg. Sedangkan analisis resiko pendapatan menunjukkan koefisien variansi sebesar 0,427 dengan batas bawah sebesar 2.868.491/Ha/musim tanam. Dari hasil tersebut menjelaskan bahwa petambak udang tidak mengalami resiko terhadap produksi dikarenakan kecilnya resiko produksi dan tingginya harga udang windu.Title: Risk Analysis of Production and Revenue on Black Tiger Shrimp Farming in Kotabaru District, South Kalimantan ProvinceBlack tiger shrimp commodity in Kotabaru District is a primary commodity which added value has not been optimized for community welfare. The research aims to (1) identify the risks of the production, (2) analyze the revenue of tiger shrimp farmers and (3) identify the income risk. This research was conducted in Kotabaru District with 32 respondents at random. The data were analyzed with qualitative and quantitative method. Results showed that the profit of the shrimp farming on each planting season was IDR11.031.970 million / ha / season, with a payback period of 7.24. Production risk analysis showed that the coefficient of variance in production was 0.444 with a lower limit of 32,225 kg. The revenue risk analysis showed coefficient of variance of 0.427 with a lower limit of 2,868.491 / ha / season. These results suggest that shrimp farmers do not suffer from production risk due to small production risks and high prices of black tiger shrimps.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.