Search citation statements
Paper Sections
Citation Types
Year Published
Publication Types
Relationship
Authors
Journals
The Indonesian Adolescent Reproductive Health Survey (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia-SKRRI)h ighlights the lack of knowledge amongst adolescents regarding puberty. Other studies have identified the limited advice from parents, because parents and teachers frequently opt not to discuss experiences related to adolescent reproductive health. This study aims to understand the perception of teachers and students in higher grades with regards to puberty. The study used a qualitative approach, collecting data via in-depth interviews with teachers and students. There were seven informants, consisting of five teachers and two students studying in grade IV-VI from two schools in North Jakarta. The study shows teachers, as well as students, often had only a limited understanding of puberty and considered it a vulgar subject which should not be discussed. Teacher capacity building is needed regarding the material and delivery methods of puberty content. Keywords: puberty, higher grade, elementary school
The Indonesian Adolescent Reproductive Health Survey (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia-SKRRI)h ighlights the lack of knowledge amongst adolescents regarding puberty. Other studies have identified the limited advice from parents, because parents and teachers frequently opt not to discuss experiences related to adolescent reproductive health. This study aims to understand the perception of teachers and students in higher grades with regards to puberty. The study used a qualitative approach, collecting data via in-depth interviews with teachers and students. There were seven informants, consisting of five teachers and two students studying in grade IV-VI from two schools in North Jakarta. The study shows teachers, as well as students, often had only a limited understanding of puberty and considered it a vulgar subject which should not be discussed. Teacher capacity building is needed regarding the material and delivery methods of puberty content. Keywords: puberty, higher grade, elementary school
Background: Making decisions to marry among teenagers will lead to high rates of child marriage before the age of 18, which will later have long-term risks for the health, psychological, and social problems of teenagers. Objective: Analyzing the determinants that influence the decision to marry among teenagers in Indonesia. Method: This study was cross-sectional by analyzing IDHS data in 2018, where the study sample was 10,619 women aged between 20-24 years who had been married before turning 18 years old. Results: about 72.2% of Indonesian adolescents participated in the decision to get married, another result of the study found that. The factors of sexual experience that were related to education (p-value: 0.001 and AOR:1.94 with 95% CI: 1.52-2.48), information exposure (p-value: 0.002 and AOR: 1.37 with 95% CI: 1.12-1.66) and sexual experiences (p-value=0.001 and AOR=0.64 with 95% CI=0.52-0.79). Education was The dominant variable that influenced the decision-making of marriage in adolescents was education. Conclusion: The decision-making of marriage in adolescents is influenced by education variables, information exposure, and sexual experiences Recommendation: enhancing adolescent participation in PIKRs: promoting healthy marriage and sexuality education through social media. Keywords: determinants, marriage decision-making, Indonesian teenagers. Abstrak Latar belakang: Memutuskan untuk menikah pada usia remaja dapat berdampak jangka panjang pada pada masalah kesehatan, psikologis dan sosial remaja. Tujuan: Mengetahui deteminan keputusan menikah pada remaja Indonesia. Metode: Penelitian ini berdesain cross sectional dengan menganalisis data SDKI tahun 2018, dimana sampel penelitian sejumlah 10.619 orang wanita berusia antara 20–24 tahun yang pernah menikah sebelum menginjak 18 tahun. Hasil: Sekitar 72,2% remaja Indonesia berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk menikah, variabel pendidikan dengan nilai p-value=0,001 serta AOR=1,94 (95% CI=1,52-2,48), keterpaparan media dengan nilai p-value:=0,002 dan AOR=1,37 (95% CI=1,12-1,66) dan pengalaman seks dengan nilai p-value=0,01 dan AOR=0,64 (95% CI:0,52-0,79) berhubungan dengan pengambilan keputusan sendiri untuk menikah pada remaja, dan variabel yang dominan adalah variabel pendidikan. Kesimpulan: Pendidikan, keterpaparan informasi serta pengalaman seks remaja memiliki peran dalam keputusan menikah. Rekomendasi: Menggalakkan kampanye tentang pernikahan yang sehat serta edukasi seksualitas melalui media sosial serta meningkatkan peran remaja pada Pusat Konseling dan Informasi Remaja (PIKR) yang ada di sekolah. Kata kunci: determinan, pengambilan keputusan menikah, remaja Indonesia.
DETERMINAN AKSES MEMPEROLEH KONDOM PADA KALANGAN LELAKI SEKS LELAKI DI INDONESIA DETERMINANTS OF CONDOM ACCESS AMONG MEN HAVE SEX WITH MEN (MSM) IN INDONESIA Mona S Fatiah 1 1Kesehatan Reproduksi, Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM, Universitas Cenderawasih. Jl. Raya Abepura- Sentani, Kota Jayapura, Papua *E-mail: mona.s.fatiah@gmail.com Naskah masuk: dd mm 20xx Review: dd mm 20xx Disetujui terbit: dd mm 20xx Abstract Background: condoms is a form of intervention in preventing HIV transmission in key population groups, especially LSL considering that LSL is thehighest group living with HIV in Indonesia. Objective: This study was conducted with the aim of: looking at the determinants of access to condoms in LSL circles. Method: The design of the study was a cross-sectional design using STBP data 2018-2019 where this study was conducted in 24 provinces inIndonesia with the research sample being a total population of 4,290 LSL people with a sampling technique is Respondent Driven Sampling (RDS).After the funds are obtained, an analysis is carried out up to a multivariate analysis of prediction models using STATA 4 software Result: . The results of this study found that the exposure of information about HIV (OR: 1.64 with a value of 95% CI: 1.18 – 2.28), the risk of contracting HIV (OR: 1.69 with a value of 95% CI: 1.29 – 2.20) and the consistency of condom use (OR: 4.06 with 95% CI: 3.03 – 5.45), where the dominant factor affecting access to condoms is the risk of contracting HIV Conclusion: The conclusion in this study is that these three factors affect 75% of access to condoms. Keywords: Determinants, condom access, Men Have Sex with Men (MSM) Abstrak Latar belakang: Akses dalam mendapatkan kondom merupakan salah satu bentuk intervensi dalam pencegahan penularan HIV pada kelompok populasi kunci, terutama LSL mengingat LSL merupakan kelompok tertinggi yang hidup dengan HIV di Indonesia Tujuan: melihat determinan akses memperoleh kondom pada kalangan LSL Metode: Desain dari penelitian adalah desain cross sectional dengan menggunakan data STBP 2018-2019 dimana penelitian ini dilakukan di 24 provinsi yang ada di Indonesia dengan sampel penelitian adalah total populasi berjumlah 4.290 orang LSL dengan Teknik pengambilan sampel adalah Respondent Driven Sampling (RDS). Setelah dana diperoleh, maka dilakukan analisis sampai dengan analisis multivariat model prediksi dengan menggunakan software STATA 14 Hasil: Hasil penelitian ini menemukan jika keterpaparan informasi tentang HIV (OR: 1,64 dengan nilai 95% CI: 1,18 – 2,28), risiko tertular HIV (OR: 1,69 dengan nilai 95% CI: 1,29 – 2,20) dan konsistensi penggunaan kondom (OR: 4,06 dengan 95% CI: 3,03 – 5,45), dimana factor yang dominan mempengaruhi akses mendapatkan kondom adalah risiko tertular HIV Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini jika ketiga factor tersebut mempengaruhi seitar 75% dalam akses memperoleh kondom. Kata kunci: Determinan; Akses memperoleh kondom; Lelaki Seks Lelaki (LSL) PENDAHULUAN Kondom merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang mudah di akses oleh khalayak umum, namun berbeda halnya akses memperoleh kondom pada kelompok berisiko terutama kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL), dimana proporsi keberadaan kelompok LSL ini di Indonesia sekitar 0,03% dari populasi masyarakat Indonesia1. LSL merupakan salah satu kelompok risiko tinggi untuk menular dan tertular Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada pasangannya, dimana gay dan LSL memiliki risiko 28 kali lebih besar tertular HIV melalui hubungan sex dibandingkan populasi laki – laki umumnya (usia 15 – 19 tahun) 2. Unsafe sex dikendarai menjadi factor penularan HIV utama selain penggunaan jarum suntik tidak steril di kalangan Pengguna Narkoba Jarum Suntik (Penasun), riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS) 3, hal ini dapat terlihat dari tren laporan HIV triwulan III (47%) tahun 2021 dan triwulan I tahun 2022 (43%), yang mana proporsi unsafe sex menjadi penyebab terbesar dalam penularan HIV pada kelompok heteroseksual maupun homoseksual dibandingkan dengan Penasun 4,5. Gay dan LSL menjadi kelompok tertinggi yang terinfeksi HIV dengan proporsi sebesar 45% di seluruh dunia pada tahun 2021 6, tidak hanya di dunia, namun penularan HIV tertinggi pada LSL juga terjadi di wilayah South – East – Asia (SEA) 7 , dimana Indonesia merupakan salah satu anggota SEA yang memiliki prevalensi kejadian HIV sebesar 0,10 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi pada tahun 20208, dimana prevalen tersebut menempati posisi ke-empat tertinggi sebelum Malaysia (0,19 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi), Filipina (0,15 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi) dan Laos (0,13 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi)8. Prevalensi HIV sendiri di Indonesia pada kelompok LSL juga terbilang tinggi, hal ini terlihat dari laporan Subdit HIV dan PMS Kemenkes tahun 2022, dimana sekitar 329.582 orang pada bulan Januari – Maret 2022 yang teinfeksi HIV 28,8% diantaranya adalah kelompok LSL5, jumlah tersebut sebenarnya sudah melebihi target UNAIDS yang menginginkan jika adanya penurunan kasus HIV infeksi baru menjadi 370.000 kasus tahun 2025 9. Jika melihat jumlah kasus tersebut tentunya sangatlah miris, dimana lelaki menjadi aktor utama dalam penularan HIV. Hal ini sesuai dengan Laporan triwulan I Kemenkes tahun 2021 memaparkan jika, 71% Orang Dengan HIV (ODHIV) di Indonesia4. Menghadapi realitas tersebut maka Kemenkes mengeluarkan regulasi yang tertuang dalam Peraturan Meteri Kesehatan (Permenkes) nomor 12 tahun 2013, dimana salah satu cara upaya penularan HIV dan IMS adalah dengan konsisten menggunakan kondom saat berhubungan badan serta tidak melakukan kegiatan seks berisiko, dimana dalam Permenkes tersebut juga menyinggung bahwa pemerintah menjamin ketersediaan kondom sebagai bagian dari kesehatan10. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat determinan akses memperoleh kondom pada kelompok LSL di Indonesia. METODE Penelitian ini berdesain cross sectional dengan memanfaatkan data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018 – 2019 yang dikeluarkan oleh Subdit HIV AIDs dan PMS Kemenkes, dimana penelitian ini di lakukan di Indonesia dalam kurun waktu selama enam bulan (Juni – November 2022). Sampel pada penelitian ini merupakan total populasi sejumlah 4.290 orang LSL yang berada di 24 Provinsi yang ada di Indonesia, dimana sampel pada penelitian ini diambil dengan pendekatan Respondent Driven Sampling (RDS). Variabel pada penelirian ini terdiri dari variabel Independen berupa: karakteristik LSL (usia, pendidikan LSL, status perkawinan dan pekerjaan), jaminan kesehatan, informasi tentang HIV, risiko tertular HIV serta konsistensi penggunaan kodom dan variabel dependen berupa: akses mendapatkan kondom. Setelah data terkumpul maka data di analisis sampai dengan analisis multivariat yaitu regresi logistic model prediksi dengan menggunakan software STATA 14. Penelitian ini telah lulus uji etik dengan nomor: 727/UN2.F10/PPM/00.02/2018. HASIL Sebanyak 4.176 orang LSL 24,2% LSL diantaranya mengaku tidak memiliki kondom, dengan usia LSL termuda berada pada range antara 15 – 19 tahun sekitar 17,4%. Sebagian besar (60,1%) dari LSL mengaku memiliki latar belakang pendidikan tamat SMA/sederajat dengan status perkawinan terbanyak adalah belum menikah sekitar 81,9 persen. untuk membiayai kebutuhan sehari – hari kelompok LSL mengaku jika 36% LSL memiliki pekerjaan dengan gaji tetap. Untuk kepemilikan jaminan kesehatan, proporsi LSL yang tercover dalam jaminan kesehatan sekitar 59,8%, sedangkan untuk informasi tentang HIV sekitar 20,8% LSL mengaku tidak pernah mendapatkan informasi tentang HIV. Sekitar 64,1% LSL mengaku jika mereka merasa berisiko tertular HIV dan 12,45 LSL mengaku tidak konsisten menggunakan kondom saat melakukan hubungan badan dengan pasangan seks tetap (tabel 1). Tabel 1. Distribusi Karaktersitik LSL (Usia, Pedidikan, Status Perkawinan dan Pekerjaa), Jaminan Kesehatan, Informasi tentang HIV, Risiko tertular HIV, Konsistensi Penggunaan Kondom dan Akses Mendapatkan Kondom Akses Mendapatkan Kondom n % Tidak memiliki kondom 1.011 24,2 Hanya membeli 1.352 32,4 Gratisan 1.170 28,0 Membeli dan dapat gratis 643 15,4 Total 4.176 100,0 Karakteristik Responden Usia (dalam tahun) 15 – 19 748 17,4 20 – 24 1.245 29,1 25 – 49 2.163 50,4 ³50 Tahun 134 3,1 Total 4.290 100,0 Pendidikan Tidak pernah sekolah 16 0,4 Menamatkan SD 294 6,8 Menamatkan SMP 763 17,8 Menamatkan SMA 2.580 60,2 Menamatkan akademi sederajat 637 14,8 Total 4.290 100,0 Status Perkawinan Belum kawin 3.515 81,9 Menikah dan tinggal dengan pasangan 453 10,6 Menikah namun tidak tinggal serumah 107 2,5 Cerai hidup 172 4,0 Cerai mati 43 1,0 Total 4.290 100,0 Pekerjaan Tidak bekerja 1.178 27,5 Bekerja dengan gaji tetap 1.544 36,0 Bekerja dengan gaji tidak tetap 754 17,6 freelance 814 19.0 Total 4.290 100,0 Kepemilikikan jaminan kesehatan BPJS 2.566 59,8 Asuransi swasta 116 2,7 BPJS dan Asuransi swasta 142 3,3 Tidak memiliki 1.466 34,2 Total 4.290 100,0 Informasi tentang HIV Ya mendapatkan informasi 3.397 79,2 Tidak mendapatkan informasi 893 20,8 Total 4.290 100,0 Risiko tertular HIV Tidak berisiko 2.750 64,1 Berisiko 990 23,1 Tidak tahu 550 12,8 Total 4.290 100,0 Konsistensi Penggunaan Kondom Tidak pernah 232 12,5 Jarang/kadang – kadang 726 39,0 Sering 263 14,1 Selalu 618 33,2 Tidak punya pasangan tetap 24 1,3 Total 1.863 100,0 LSL yang berusia di atas 20 tahun memiliki peluang sebesar 1,87 kali dalam kemudahan mengakses kondom di bandingkan dengan LSL yang berusia di bawah 20 tahun (Nilai OR: 1,87 dengan nilai 95% CI: 1,56 – 2,23). Kelompok LSL berlatar belakang pendidikan yang lulusan aakademik/PT memiliki peluang sebesar 1,39 kali lebih besar untuk memperoleh kemudahan dalam mengakses kondom di bandingkan kelompok LSL yang berlatar belakang pendidikan lulusan SMA ke bawah (Nilai OR: 1,39 dengan nilai 95% CI: 1,12 – 1,74). LSL yang berstatus bekerja lebih berpeluang sebesar 1,76 kali lebih besar untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses kondom pada saat berhubungan badan di bandingkan dengan LSL yang tidak bekerja (Nilai OR: 1,76 dengan nilai 95% CI: 1,51 – 2,06). Hasil analisis untuk variabel kepemilikan jaminan kesehatan diperoleh jika LSL yang memiliki jaminan kesehatan berpeluang sebesar 1,34 kali lebih besar untuk memperoleh kemudahan dalam mendapatkan kondom di bandingkan dengan LSL yang tidak memiliki jaminan kesehatan (Nilai OR: 1,34 dengan nilai 95% CI: 1,15 – 1,55). LSL yang terpapar tentang informasi HIV memiliki peluang sebesar 2,43 kali lebih besar untuk mendapatkan kemudahan dalam negakses kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak terpapar informasi tentang HIV (Nilai OR: 2,34 dengan nilai 95% CI: 1,98 – 2,76). LSL yang merasa berisiko tertular HIV berpeluang sebesar 2,12 kali lebih besar dalam kemudahan akses mendapatkan kondom dibandingkan dengan LSL yang merasa tidak berisiko tertular HIV (Nilai OR: 2,12 dengan nilai 95% CI: 1,83 – 2,46). Kelompok LSL yang konsisten menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasnagannya berpeluang sebesar 4,16 kali lebih besar mendapatkan kemudahan dalam mengakses kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak konsisten dalam menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan seksnya (Nilai OR: 4,16 dengan nilai 95% CI: 3,09 – 5,67) yang dapat terlihat pada tabel 2 Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen Variabel Akses Mendapatkan Kondom Total p value OR (95% CI) Mudah Tidak mudah n % n % n % Karakteristik LSL Usia dalam tahun ³ 20 2.695 77,9 762 22,1 3.457 100,0 0,0001 1,87 (1,56 – 2,23) < 20 470 65,4 249 34,6 719 100,0 Pendidikan Tamat akademi/PT 509 80,7 122 19,3 631 100,0 0,002 1,39 (1,12 – 1,74) Tamat SMA ke bawah 2.656 74,9 889 25,0 3.545 100,0 Status Perkawinan Menikah dan cerai 522 70,3 221 29,3 743 100,0 0,001 0,706 (0,589 – 0,845) Belum menikah 2.643 76,9 790 23,1 3.433 100,0 Pekerjaan Berkerja dan freelance 2.399 78,8 646 21,2 3.045 100,0 0,001 1,76 (1,51 – 2,06) Tidak bekerja 766 67,7 365 32,3 1.131 100,0 Kepemilikan Asuransi Memiliki Jamkes 2.139 77,6 616 22,4 2.755 100,0 0,001 1,34 (1,15 – 1,55) Tidak memiliki 1.026 72,2 395 27,8 1.421 100,0 Keterpaparan Informasi tentang HIV Pernah terpapar 2.650 79,2 695 20,7 3.345 100,0 0,001 2,34 (1,98 – 2,76) Tidak pernah terpapar 515 61,9 316 38,1 831 100,0 Risiko tertular HIV Berisiko 2.199 80,8 523 19,2 2.722 100,0 0,001 2,12 (1,83 – 2,46) Tidak berisiko 966 66,4 488 33,6 1.454 100,0 Konsistensi Penggunaan Kondom Konsisten 813 92,6 65 7,4 878 100,0 0,001 4,16 (3,09 – 5,67) Tidak konsisten 711 75,0 237 25,0 948 100,0 Hasil akhir analisis multivariat, diperoleh ada tiga faktor yang mempengaruhi akses mendapatkan kondom pada kalangan LSL, yaitu: keterpaparan informasi tentang HIV dengan nilai p value sebesar 0,003 dan nilai OR sebesar 1,65 (95% CI: 1,18 – 2,28), risiko tertular HIV dengan nilai p value sebesar 0,001 dan nilai OR sebesar 1,69 (95% CI: 1,29 – 2,21) serta variabel konsistensi menggunakan kondom dengan nilai p value sebesar 0,001 dan nilai OR sebesar 4,06 (95% CI: 3,02 – 5,45), dimana variabel yang paling dominan yang mempengaruhi akses mendapatkan kondom adalah risiko tertular HIV, dimana jika kita melihat interval dari nilai 95. Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat Akses mendapatkan kondom OR SE z p value 95% CI Informasi tentang HIV 1,65 0,27 2,98 0,003 1,18 – 2,28 Risiko tertular HIV 1,69 0,23 3,88 0,001 1,29 – 2,21 Konsistensi penggunaan kondom 4,06 0,62 9,33 0,001 3,02 – 5,45 Konstanta 0,06 0,08 -19,5 0,001 0,04 – 0,08 PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang memiliki keterbatasan berupa: peneliti tidak bisa mengontrol bias dalam pengumpulan data penelitian, selian itu juga adanya keterbatasan data yang diteliti karena ketersediaan data sekunder yang terbatas, sehingga ada beberapa variabel yang belum tereksplore. Kondom merupakan salah satu dari enam langkah pencegahan penyebaran HIV pada kelompok kunci, dimana populasi kunci diharapkan konsisten menggunakan kondom saat berhubungan badan baik dengan pasangan tetap maupun tidak dengan pasangan tetap10, ketersediaan kondom dapat membuat seseorang untuk menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks11 untuk bisa memperkenalkan kondom kepada masyarakat umum sebagai alat mencegah penularan HIV selain sebagai alat kontrasepsi dalam mencegah kehamilan maka pemerintah melakukan sosialisasi baik melalui lini massa maupun dari lini kesehatan selain itu pemerintah juga membuat regulasi terkait ketersediaan kondom10,12, namun meskipun sudah ada regulasi dan sosialisasi tersebut, masih ditemukan adanya LSL pada penelitian ini yang tidak memiliki akses memperoleh kondom alias tidak memiliki kondom sekitar 24,2%. Hasil penelitian ini mirip dengan temuan yang dilakukan di Swatziland oleh Brown et al (2016), menemukan jika 18,9% LSL mengaku kesulitan dalam mengakses kondom13 hal yang sama juga ditemukan di Amerika, dimana sekitar 15 – 19 % tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual14. Kemudahan dalam akses memperoleh kondom akan menfasilitasi seseorang untuk menggunakan kondom pada saat berhubungan seks dengan partnernya sehingga penularan HIV bisa dicegah15 untuk itu perlunya memastikan ketersediaan kondom pada tempat – tempat yang di jangkau LSL sehingga kejadian HIV pada kalangan LSL bisa ditekan, mengingat jika ODHIV pada kelompok LSL di Indonesia masuk ke dalam kelompok kunci tertinggi dengan proporsi sebesar 28,8%5. Meningkatkan persepsi risiko tertular HIV pada kelompok LSL dapat membantu LSL untuk mudah mengaskses kondom16. Pada penelitian ini menemukan jika, LSL yang terpapar informasi tentang HIV baik oleh tenaga kesehatan, teman serta mendapatkan intervensi dalam menawarkan kondom ke pasangan seks akan lebih mudah mengakses kondom17. Pada penelitian ini menemukan jika adanya keterkaitan anatara keterpaparan informasi tentang HIV dengan akses mendapatkan kondom. Penelitian ini selarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Parwangsa dan Bantas di lima kota yang ada di Indonesia menemukan jika LSL yang terpapar informasi tentang HIV berpeluang sebesar 1,99 kali untuk lebih mudah mengakses untuk memperoleh kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak terpapar informasi HIV18, hal ini dikarenakan bahwa seseorang yang lebih terpapar informasi akan lebih bisa memproteksi diri dan pasangannya supaya tidak terkena HIV. Konsistensi penggunaan kondom dalam upaya pencegahan penularan HIV sangat dipengaruhi oleh pasangan seks19 selain factor negosiasi hal ini dapat membantu untuk konsisten dalam menggunakan kondom17. Penggunaan kondom, akses mendapatkan kondom dan juga keterjangkauan kondom dapat membantu populasi kunci untuk bisa konsisten dalam menggunakan kondom20 selain factor negosiasi dengan pasangan dan juga factor income yang diperoleh oleh LSL21. Konsistensi pengunaan kondom serta penggunaan kondom yang benar saat berhubungan seks merupakah salah satu intervensi dalam penuruna HIV di Kalangan populasi kunci22. Ketika seseorang mudah dalam mengakses kondom maka akan ada peluang untuk konsisten dalam kondom dalam berhubungan seks dengan pasangannya, dimana pada penelitian ini diperoleh sekitar 33,2% LSL yang konsisten menggunakan kondom pada saat berhubungan seks. KESIMPULAN Variabel keterpaparan informasi, risiko tertular HIV dan konsistensi penggunaan kondom merupakan determinan yang mempengaruhi akses dalam memperolhe kondom, dimana ketiga variabel ini mempengaruhi sekitar 75% dalam akses mendapatkan kondom, sedangkan variabel yang dominan mempengaruhi akses mendapatkan kondom pada kalangan LSL adalah risiko tertular HIV. SARAN Perlunya upaya intervensi dan evaluasi dari dinas kesehatan dan LSM terkait kemudahan akses ketersediaan kondom di tempat kerja pada kelompok berisiko sehingga upaya penuruan kejadian ODHIV pada kelompok berisiko dapat di control, serta perlunya upaya sosialisasi tentang HIV pada kelompok berisiko sehingga peningkatan pengetahuan dan persepsi tertular HIV pada kelompok berisiko dapat membantu dalam penurunan ODHIV. Ucapan Terima Kasih Peneliti mengucapkan terima kasih bagi pihak Subdit HIV AIDs dan PMS Kementerian Kesehatan yang telah bersedia memberikan akses raw data STBP 2018 – 2019 kepada peneliti, sehingga data tersebut dapat diolah dan menjadi sebuah informasi. Daftar Pustaka Pusdatin Kemenkes. Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2018-2019. Jakarta; 2019. UNAIDS. In Danger: UNAIDs Global AIDs Update 2022 [Internet]. Geneve; 2022. Available from: https://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2022-global-aids-update_en.pdf WHO. HIV [Internet]. 2022 [cited 2022 Jan 2]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids Subdit HIV AIDs dan IMS Kemenkes. Laporan Triwulan III Tahun 2021 tentang Perkembangan HIV AIDs dan IMS [Internet]. Jakarta; 2021. Available from: https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_TW_III_2021.pdf Subdit HIV dan PMS. Laporan Triwulan 1 Tahun 2022 tentang Perkembangan HIV, AIDS dan PMS [Internet]. Jakarta; 2022. Available from: https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_TW_1_2022.pdf UNAIDS. UNAIDS data 2021 [Internet]. 2021. Available from: https://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/JC3032_AIDS_Data_book_2021_En.pdf ASEAN Secretarist. Second Regional Report on HIV & AIDS in the ASEAN Region [Internet]. 2016. Available from: https://asean.org/wp-content/uploads/2021/01/08ASEAN-Regional-Report-on-HIV-AIDS-1dec.pdf WHO. World Health Statistics 2022 (Monitoring Health for the SDGs) [Internet]. WHO; 2022. Available from: https://cdn.who.int/media/docs/default-source/gho-documents/world-health-statistic-reports/worldhealthstatistics_2022.pdf UNAIDS. Mengakhiri AIDS: Strategi AIDS Global 2021-2026 [Internet]. Switzerland; 2020. Available from: https://www.unaids.org/sites/default/files/media/documents/global-AIDS-strategy-2021-2026_id.pdf Kemenkes. Penanggulangan HIV & AIDS (Permenkes nomor 21 tahun 2013) [Internet]. Jakarta; 2013. Available from: https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/Permenkes No 21 Tahun 2013 Penanggulangan HIVAIDS.pdf Eva, Fridalina. Determinan Penggunaan Kondom pada Penjaja Seks Komersial ( PSK ) di Kawasan Sicanang Belawan. J Ilmu Kesehat Masy [Internet]. 2017;74–84. Available from: https://journals.stikim.ac.id/index.php/jikm/article/view/109 Pemerintah Kab. Tegal. Peraturan Bupati Tegal tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Penanggulangan HIV dan AIDs di Tingkat Desa. Tegal; 2016. Brown CA, Grosso AL, Adams D, Sithole B, Ketende S, Greene J, et al. Characterizing The Individual, Social, and Structural Determinants of Condom Use Among Men who Have Sex with Men in Swaziland. AIDS Res Hum Retroviruses [Internet]. 2016;32(6):539–46. Available from: https://www.liebertpub.com/doi/epub/10.1089/aid.2015.0240 Paz-bailey G, Mendoza MCB, Finlayson T, Wejnert C, Le B, Rose C, et al. HHS Public Access. HSS Public Access [Internet]. 2018;30(February 2015):1985–90. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5838316/pdf/nihms943893.pdf Maria N, Izah N. Keterjangkauan dan Ketersediaan Kondom dalam Perilaku Seks Berisiko HIV/AIDs. Info Kesehat [Internet]. 2022;12(2):557–62. Available from: https://jurnal.ikbis.ac.id/infokes/article/view/452/303 Fauk NK, Sukmawati AS, Wardojo SSI, Teli M, Bere YK, Mwanri L. The Intention of Men Who Have Sex With Men to Participate in Voluntary Counseling and HIV Testing and Access Free Condoms in Indonesia. Am J Mens Health [Internet]. 2018;12(5):1175–84. Available from: https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1557988318779737 Irwan Budiono. Konsistensi Penggunaan Kondom oleh Wanita Pekerja Seks /Pelangganya. J Kesehat Masy [Internet]. 2014;13(3):304–13. Available from: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi3kJL7v_P8AhXx7XMBHVdUA8c4ChAWegQIChAB&url=https%3A%2F%2Fjournal.unnes.ac.id%2Fnju%2Findex.php%2Fkemas%2Farticle%2Fdownload%2F2803%2F2859&usg=AOvVaw3odQsSxM1E5IkHaDnE Parwangsa NWPL, Bantas K. Determinants of Condom Use Status among Men Who Have Sex with Men (MSM) Group in 5 Indonesian Cities in 2015. GHMJ (Global Heal Manag Journal) [Internet]. 2019;3(2):72. Available from: https://publications.inschool.id/index.php/ghmj/article/view/544/422 Safika I, Johnson TP, Cho YI, Praptoraharjo I. Condom Use Among Men Who Have Sex With Men and Male-to-Female Transgenders in Jakarta, Indonesia. Am J Mens Health [Internet]. 2017;8(4):278–88. Available from: https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1557988313508430 Becquet V, Nouaman M, Plazy M, Masumbuko JM, Anoma C, Kouame S, et al. Sexual health needs of female sex workers in Côte d’Ivoire: A mixed-methods study to prepare the future implementation of pre-exposure prophylaxis (PrEP) for HIV prevention. BMJ Open [Internet]. 2020;10(1):1–12. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6955511/pdf/bmjopen-2018-028508.pdf Ubrihien A, Davies SC, Driscoll T. Is cost a structural barrier preventing men who have sex with men accessing condoms? A systematic review. AIDS Care - Psychol Socio-Medical Asp AIDS/HIV [Internet]. 2016;28(11):1473–80. Available from: https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09540121.2016.1189999 Purbowati N, Wahyuni ED, Aticeh A. Determinan Upaya Pencegahan IMS pada WPS di Jakarta Timur. J Bidan Cerdas. 2022;4(2):93–103.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.