Manhaj Tafsir Berorientasi Fiqh

Abstract

Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang manhaj tafsir yang berorientasi fiqh. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka untuk memotret metode-metode tafsir yang menghasilkan konsekuensi hukum dalam masyarakat Islam. Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah sumber primer dan sekunder dalam mendukung kajian tersebut. Hasil telaah dan penelitian menemukan latar belakang muncul dan berkembangnya corak penafsiran fiqih serta metode yang digunakan dalam penafsiran yang bercorak fiqih. Tafsir yang bercorak fiqih adalah tafsir yang terbilang tua, mengingat corak tafsir ini telah ada seiring dengan pertumbuhan tafsir itu sendiri. Tafsir fiqih adalah tafsir yang berorientasi pada pemahaman ayat-ayat hukum dalam Alquran. Tafsir ini lahir dari pemahaman fiqhiyah para fuqaha ketika mereka menafsirkan Alquran dengan menggunakan pendekatan fiqih, sehingga nuansa fiqih sangat terasa di dalamnya.

Merekontekstualisasi Tafsir Hukmi di Era Kontemporer

“…Ahmad Izzan sebagaiman dikutip oleh Ahmadi Husain dan Muh. Ilham Usman menjelaskan bahwa tafsir yang bercorak fiqih sudah ada sejak lama munculnya bersamaan dengan kelahiran tafsir itu sendiri (Ahmadi Husain, 2019). Bahkan tafsir ini sudah ada pada masa Nabi dan Sahabat, pada masa ini corak tafsir lebih di dominasi dengan tafsir hukmi, hal ini bisa dilihat dari bermunculannya ahli fiqih di antara para sahabat seperti Umar bin Khattab, Ibnu Mas'ud, Ali bin Abi Thalib, dan yang lainnya.…”

“…Bahkan tafsir ini sudah ada pada masa Nabi dan Sahabat, pada masa ini corak tafsir lebih di dominasi dengan tafsir hukmi, hal ini bisa dilihat dari bermunculannya ahli fiqih di antara para sahabat seperti Umar bin Khattab, Ibnu Mas'ud, Ali bin Abi Thalib, dan yang lainnya. Menurut Abdullah Abu al-Su'ud Badr, hal demikian bisa difahami karena pada masa tersebut merupakan masa di mana penafsiran al-Qur'an dengan corak fiqih merupakan suatu kebutuhan karena berada di fase pembentukan dalam peribadahan (Ahmadi Husain, 2019).…”

“…Alquran merupakan sumber utama dan sumber paling otentik dalam mengkaji dan meneliti terkait hukumhukum Allah Ta'ala, tidak ada perbedaan pandangan di dalamnya antara ulama, baik Sunni dan Syi'ah (Ahmadi Husain, 2019). Namun dalam menjadikannya sebagai sumber atau rujukan harus diimbangi dengan menguasai berbagai disiplin ilmu dan persyaratan lainnya yang memadai dalam mengeluarkan hukum -hukum yang terkandung di dalamnya.…”

“…Tafsir yang bercorak fiqih atau hukum ini eksistensi atau keberadaannya hampir diterima oleh seluruh ulama mufassir baik sunni maupun syi'ah berbeda dengan penafsiran yang bercorak lain seperti tafsir ilmu, tafsir falsafi dan yang lainnya (Ahmadi Husain, 2019). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa tafsir fiqih ini sudah ada pada masa Nabi dan sahabat.…”

“…Kitab ini ditulis oleh seorang ulama yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Abdullah al-andalus al-Mutabahhirin, yang dikenal dengan Ibnu al-'Arabi beliau bermazhab Maliki, dengan nama kitabnya "Ahkam al-Qur'an" kitab tafsir paling utama sebagai rujukan di kalangan mazhab Maliki. Ibnu 'arabi dalam tafsirnya merupakan seorang Ulama yang tidak terlalu fanatik dengan golongannya atau mazhabnya dan tidak pula terlalu keras dalam menolak pendapat lain di luar mazhabnya jika ada perbedaan, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Imam al-Jashshash (Ahmadi Husain, 2019).…”