Cerita tiga masjid tersebut masih belum komprehensif sehingga cerita yang ada di masyarakat dan wisatawan tidak tertuju kepada pemahaman nilai-nilai atau filosofi, tetapi menunjukkan versi cerita yang paling benar. Tujuan penelitian untuk menjelaskan narasi tiga masjid kuno dari sisi tokoh, ajaran, arsitektural, budaya dan nilai-nilai atau filosofi yang terkandung sehingga bisa dijadikan sebagai bahan story telling oleh pramuwisata. Metode penelitian yang digunakan kualitatif-deskrptif. Lokasi penelitian ialah di Bayan (tempat masjid kuno Bayan), Rembitan (tempat masjid kuno Rembitan), dan di Gunung Pujut (tempat Masjid kuno Gunung Pujut). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam kepada juru kunci masing-masing masjid kuno mengenai narasi tokoh, ajaran, arsitektural, budaya dan nilai. Analisis data menggunakan deskriptif dengan menampilkan narasi cerita masjid kuno dari tokoh, ajaran, arsitektural, budaya dan nilai-nilai untuk diinterpretasikan. Tokoh masjid kuno Bayan Beleq ialah Syekh Abdul Mutering Langit dan Syekh Abdul Mutering Jagat, masjid kuno Rembitan ialah Wali Nyatoq dan masjid kuno Gunung Pujut ialah Mas Mulia. Masjid kuno Bayan Beleq urutan pertama (14 M) dengan ajaran hakikat islam mulai dari syariat, tareka, hakikat dan makrifat, masjid kuno Rembitan urutan kedua (15 M) dengan ajaran tasawuf (hakikat) dan masjid Gunung Pujut urutan ke tiga (16 M) dengan ajaran tasawuf (makrifat). Ketiga masjid memiliki pola pengajaran perpaduan islam dengan budaya sehingga melahirkan wetu telu serta arsitektural dan nilai-nilai juga sama. Narasi tiga masjid kuno bisa dijadikan sebagai bahan story telling melalui penyusunan buku utuh mengenai cerita komprehensif tiga masjid kuno sehingga bisa sebagai acuan oleh pramuwisata dalam menjelaskan segala bentuk dan substansinya kepada wisatawan.
The story of the three mosques is still not comprehensive, so the stories in the community and tourists are not focused on understanding values or philosophy but show the most authentic version. The research objective is to explain the narratives of the three ancient mosques in terms of figures, teachings, architecture, culture, and the values or philosophies contained so that they can be used as storytelling material by tour guides. The research method used is qualitative-descriptive. The research locations are in Bayan (masjid kuno Bayan), Rembitan (masjid kuno Rembitan), and on Mount Pujut (masjid kuno Gunung Pujut). The data collection technique used in-depth interviews with the caretakers of each ancient mosque regarding the narration of figures, teachings, architecture, culture, and values. Data analysis descriptively: displays narrative stories of ancient mosques from sculptures, teachings, architecture, culture, and values to be interpreted. The figures of the masjid kuno Bayan Beleq are Sheikh Abdul Mutering Langit and Sheikh Abdul Mutering Jagat, masjid kuno Rembitan is Wali Nyatoq and masjid kuno Gunung Pujut is Mas Mulia. The first order is masjid kuno Bayan Beleq (14 M) with the teachings of the essence of Islam starting from syariat, tarekat, hakikat dan makrifat, the second order is masjid kuno Rembitan (15 M) with the teachings of Sufism (hakikat) and masjid kuno Gunung Pujut e is the third order (16 M) with the teachings of Sufism (makrifat). The three mosques have a teaching pattern that blends Islam with the culture to give birth to wetu telu, and the architecture and values are also the same. The narrative of the three ancient mosques can be used as storytelling material by compiling a complete book on the comprehensive stories of the three ancient mosques so that they can be used as a reference by tour guides in explaining all forms and substances to tourists.