Abstrak The purpose of this research is tofind out student opinions on religious polarization on social media in the 2019 presidential and vice presidential elections, and how social media educates new voters (melinial). The method used is qualitative, the reason is because this research requires field data that is actual and contextual, qualitative methods have a very high degree of adaptability so that researchers can adjust to situations and conditions that are constantly changing when data collection. This research found some important notes that manysocial media which makes use of religious issues and a religious polarization strategy to win certain candidates in the 2019 presidential election, because it is considered effective in influencing the attitudes of voters, especially from millennials (students), even though many political experts claim / admit that playing religious sentiment violates ethics and is not good for millennial generation political education. Apart from being a campaign tool, social media is also used as an effort and strategy to provide political education for the millennial generation by stakeholders, such as the KPU and Bawaslu, in order to avoid exposure to hoax news, black campaigen, money politics and so on which can injure the greatness of the democratic party. Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap polarisasi agama di media sosial pada pemilihan presiden dan wakil presiden Tahun 2019, dan bagaimana media sosial mengedukasi pemilih pemula (melinial). Metode yang digunakan yakni kualitatif, alasannya karena penelitian ini membutuhkan data lapangan yang bersifat aktual dan kontekstual, metode kualitatif memliki tingkat adaptabilitas yang sangat tinggi sehingga peneliti bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang senantiasa berubah saat pengambilan data. Penelitian ini menenemukan beberapa catatan penting bahwa banyak media sosial yang memanfaatkan issu agama dan strategi polarisasi agama untuk memenangkan calon tertentu pada pemilihan pilpres 2019, karena diangap efektif untuk mempengaruhi sikap pemilih terutama dari kalangan milenial (mahasiswa), padahal banyak pakar politik yang menyatakan/mengakui bahwa memainkan sentiment agama melanggar etika dan kurang baik untuk pendidikan politik generasi milenial. Selain sebagai alat kampanye, media sosial juga dimanfatkan sebagai usaha dan strategi untuk memberikan pendidikan politik bagi generasi milenial oleh pemangku kepentingan, seperti KPU dan Bawaslu, agar terhindar dari paparan berita Hoax, black campaigen, money politik dan sebagainya yang dapat menciderai khitmadnya pesta demokrasi. Kata kunci: isu agama, pendidikan politik, media sosial.