PENDAHULUAN Sejarah penjajahan di negeri ini bermula dari daya tarik yang dimiliki oleh Indonesia Timur sebagai Kepulauan Rempah (Hardiman, 2011). Tanah Indonesia dianggap sebagai surga bagi segala yang tumbuh, negeri dengan lahan rempah yang membentang subur, serta sungai dan lautan yang mejadi tempat ikan-ikan hidup dengan makmur. Kekayaan alam inilah yang memicu bangsa-bangsa lain untuk datang mengambil alih tanah Indonesia. Sejarah mencatat terdapat empat bangsa Eropa yang berduyun-duyun mendatangi nusantara untuk menguasai rempah-rempah yang kala itu sangat menguntungkan dalam perdagangan. Keempat bangsa itu adalah Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda (Hardiman, 2011). Peristiwa penjajahan bangsa yang meninggalkan jejak sejarah, tidak begitu saja terhapus dari ingatan setiap orang Indonesia. Itulah mengapa, segala bentuk penjajahan di masa lampau hingga kini masih menjadi perbincangan dan terus menjadi objek pembicaraan. Jejak-jejak penjajahan juga masih menjadi cerita yang tidak lekang oleh zaman. Kisah-kisah kelam hingga perjuangan masyarakat meraih kemerdekaan juga masih menjadi topik yang tidak bosan didongengkan kepada generasi muda melalui berbagai media, salah satunya karya sastra. Pengalaman masa penjajahan kolonial tertuang dalam berbagai karya sastra Hindia Belanda maupun Indonesia (Ika, 2013). Karya sastra seperti novel, puisi, drama, maupun cerita pendek, banyak merekam jejak penjajahan melalui kisah tentang kolonialisme Barat ketika menancapkan kekuasaan. Di masa penjajahan, karya sastra bertema kolonial bahkan mampu menjadi alat bagi kelompok terjajah untuk menolak, menempelak, bahkan menjatuhkan pihak penjajah (Hamid, 2016). Namun, dalam perkembangannya karya-karya sastra bertema penjajahan lebih banyak bicara mengenai ketertindasan, penderitaan, dan perlawanan bangsa saat memperjuangkan keadilan. Tema seperti inilah yang tergambar dalam cerita pendek (cerpen) berjudul-Kutukan Dapur‖ (KD, 2015) karya Eka Kurniawan, yang menjadi korpus penelitian dalam tulisan ini. Kisah dalam cerpen KD diawali dengan gambaran mengenai rempah Indonesia (yang saat itu bernama Hindia-Belanda) yang secara tidak langsung dikenalkan oleh seorang lelaki bugis yang tengah berada di kapal milik orang-orang Eropa (hlm. 43). Bumbu-bumbu rempah tersebut kemudian memicu munculnya benih penjajahan di Hindia Belanda (hlm. 43). Kisah kemudian berlanjut pada tokoh Diah Ayu, seorang juru masak yang dijual kepada orang Eropa karena kepandaian mengolah rempah menjadi masakan yang enak. Melalui masakan Diah Ayu yang bercita rasa sempurna, muncul sebuah aksi perlawanan terhadap para penjajah. Tokoh Diah Ayu memperlihatkan bahwa pemberontakan dapat muncul melalui tempat yang paling tidak terduga, yakni dapur tempatnya menghidangkan makanan untuk orang-orang Eropa. Dalam ranah penelitian sastra, cerpen KD pernah dikaji menggunakan beberapa teori dan pendekatan ilmiah. Pada tulisan (Rusdiarti, 2019), ditemukan wujud resistensi perempuan dalam cerpen KD melalui kajian struktural naratologi Gerard Genette yang diperdalam dengan konse...