Meningitis Kriptokokus pada Penderita HIV

Abstract

<p>Meningitis kriptokokus (MK) merupakan salah satu bentuk infeksi oportunistik pada penderita HIV yang memiliki tingkat mortalitas tinggi. Infeksi jamur ini didapat dari inhalasi spora Cryptococcus yang ada di alam dan selanjutnya berkolonisasi di paru. Pada individu yang mengalami penurunan imunitas seluler seperti penderita HIV, jamur ini dapat berdiseminasi secara hematogen terutama ke sistem saraf pusat. Saat ini, diagnosis pasti kriptokokosis dapat mengandalkan hasil tes antigen Cryptococcus dari cairan serebrospinal dan darah. Prinsip pemberian antijamur pada pasien MK dengan HIV terdiri dari 3 fase, yakni: induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan. Selain itu, perlu penundaan pemberian obat antiretroviral saat pemberian terapi antijamur MK.</p><p>Cryptococcal meningitis (CM) is an opportunistic infection in people with HIV, with a high mortality rate. This fungus infection is acquired from inhalation of Cryptococcus spores that exist in nature and then colonizes in the lungs. In individuals with decreased cellular immunity such as HIV, this fungus can cause hematogenous dissemination primarily to the central nervous system. Currently, definitive diagnosis of cryptococcosis can rely on the results of the Cryptococcus antigens test from cerebrospinal fluid and blood. The principle of antifungal administration in CM patients with HIV consists of 3 phases: induction, consolidation, and maintenance. It is also necessary to delay the administration of antiretroviral drugs while administering CM antifungal therapy.</p>

The Effectiveness of Swiss Ball Exercise to Increase Balance and Mobility of Patient with Stroke

“…Those without a family history of stroke and hypertension, had a significant change in the value of balance and mobility after Swiss ball practice [8], [27]. The majority of patients who experience changes in balance and mobility experience pharese (weakness) in their extremities, while patients who do not show changes are those who experience plegia (paralysis).…”

“…In post-stroke patients, it is necessary to be trained to bring up new stimuli and circuits (sensomotor) so as to replace the function of the damaged circuit [7], [8]. Sensomotor disorders can result in weakness to paralysis of the limbs, muscle tone abnormalities and sensory disturbances, and balance disorders including muscle weakness, decreased soft tissue flexibility and sensory motor control [9], [10].…”

Mouth Corset Vibration Berbasis Sinyal Frekuensi Penggetar Sebagai Alat Terapi Pada Penderita Pasca Stroke Ringan

“…Latihan motorik pada pasien stroke hendaknya ditujukan pada gerakan bertujuan, terutama untuk pemulihan fungsional. Pendekatan yang dapat dilakukan secara dini ini dapat berupa latihan motorik dasar harian, latihan gerakan lengan atas, gerakan tungkai bawah, gerakan dudukberdiri, dan latihan jalan yang dikerjakan berulang, di mana latihanlatihan ini dapat meningkatkan pemulihan pasca-stroke secara efektif (Wijaya et al, 2015). Dengan menggunakan korset mulut merupakan Latihan dasar untuk menggerakkan mulutnya akibat otot saraf yang ditimbulkan adanya stroke sehingga biasanya mulut penderita pada posisi miring.…”