Methods and Perspectives of Geoarchaelogical Site Catchment Analysis: Identification of Palaeoclimate Indicators in the Oder Region from the Iron to Middle Ages

Volkmann, Armin

doi:10.1007/978-3-319-25316-9_3

Cited by 5 publications

(8 citation statements)

References 7 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Pengamatan secara mendalam terhadap atribut-atribut keruangan ini dalam pelaksanaannya juga memperhatikan aspek transformasi dan tafonomi, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan interpretasi dalam penarikan kesimpulan (Amato dkk. 2018;Volkmann 2018).…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…Hal ini ditujukan untuk memberikan gambaran tentang pengaruh bentang lahan dan bentuk lahan terhadap sebaran data arkeologi di wilayah penelitian (Amato dkk. 2018;Volkmann 2018). Dengan demikian, dapat dilihat gambaran aktivitas para pemukim yang tinggal di lokasi penelitian pada masa lalu, dalam memanfaatkan ruang-ruang aktivitas di wilayah tersebut (Amato dkk.…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…Dengan demikian, dapat dilihat gambaran aktivitas para pemukim yang tinggal di lokasi penelitian pada masa lalu, dalam memanfaatkan ruang-ruang aktivitas di wilayah tersebut (Amato dkk. 2018;Volkmann 2018).…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…Analisis dilakukan dalam dua tahap dengan menerapkan metode overlay terhadap sejumlah peta tematik, yang kemudian dapat memperlihatkan hubungan spasial antarvariabel (Amato dkk. 2018;Volkmann 2018).…”

Section: Pendahuluanunclassified

“…Tahap yang kedua adalah membuat overlay peta sebaran situs dengan peta topografi wilayah penelitian (Amato dkk. 2018;Volkmann 2018). Peta topografi yang dimaksud merupakan hasil pengolahan dari beberapa sumber data.…”

Section: Pendahuluanunclassified

See 4 more Smart Citations

Aspek Geoarkeologi Terhadap Strategi Subsistensi Masyarakat Di Pesisir Selatan Belitung Dari Abad Ke-19 Sampai Awal Abad Ke-20 Masehi

Novita

Adi²

2020

Naditira Widya

View full text Add to dashboard Cite

Manusia dapat melakukan berbagai aktivitas untuk bertahan hidup sesuai dengan lingkungan fisik di sekitarnya, dan pada akhirnya menyisakan bentanglahan yang sedemikian rupa saat ini. Dalam upaya bertahan hidup, strategi subsistensi merupakan faktor paling mendasar dalam aktivitas kehidupan manusia. Rekonstruksi aktivitas manusia dalam menjalankan strategi subsistensinya pada masa lalu dapat dilakukan dengan mengkaji lingkungan fisik dan tinggalan arkeologi yang tersisa. Pulau Belitung memiliki peranan penting pada masa kolonial karena kondisi geografisnya. Potensi tambang timahnya mampu menarik perhatian pemerintah Hindia-Belanda untuk mulai melakukan eksploitasi pada abad ke-19 Masehi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola aktivitas masyarakat di pesisir selatan Pulau Belitung dalam menjalankan strategi subsistensinya dari abad ke-19 hingga awal abad ke-20 Masehi, dengan menggunakan pendekatan geoarkeologi. Variabel yang digunakan sebagai dasar analisis adalah topografi, morfologi, bentuklahan, serta distribusi situs arkeologi dan jenis temuan arkeologi yang ditinggalkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola aktivitas masyarakat di pesisir selatan Pulau Belitung melibatkan dua ekosistem, yakni perairan dan kelekak. Dua ekosistem tersebut memiliki kedudukan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di pesisir selatan Pulau Belitung, di mana tambang timah merupakan produk yang mayoritas dieksploitasi. Humans can carry out various activities to survive following the physical environment around them, and eventually, leaving such landscapes as it is today. To survive, the subsistence strategy is the most fundamental factor in human life activities. The reconstruction of human activities in carrying out their subsistence strategy in the past can be done by examining the physical environment and the remaining archaeological remnants. Pulau Belitung played an important role during the colonial period due to its geographical conditions. The potential for tin mining was able to attract the attention of the Dutch East Indies government to start exploiting it in the 19th century. This study aims to comprehend the pattern of community activity on the southern coast of Pulau Belitung in carrying out its subsistence strategy from the 19th to the early 20th century, using a geoarcheological approach. The variables used as the basis for the analysis are topography, morphology, landform, and distribution of archaeological sites and the types of archaeological items left behind. The results of this study indicate that the pattern of community activity on the southern coast of Pulau Belitung Island involves two ecosystems, which are aquatic and kelekak. The two ecosystems have an important position in the daily life of the people on the southern coast of Pulau Belitung, where tin mining is the product that is mostly exploited.

show abstract

Section: Pendahuluanunclassified

See 3 more Smart Citations

Aspek Geoarkeologi Terhadap Strategi Subsistensi Masyarakat Di Pesisir Selatan Belitung Dari Abad Ke-19 Sampai Awal Abad Ke-20 Masehi

Novita

Adi²

2020

Naditira Widya

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

The ecosystem services framework in archaeology (and vice versa)

Katz

2022

People and Nature

View full text Add to dashboard Cite

Economics, ecology and archaeology study various aspects of resource utilisation and mobilisation, differing in the studied systems, objects and currencies. However, the three disciplines have developed mostly independently, resulting in limited dialogue among them. Emergent fields such as ecological economics and environmental archaeology are now linking the three disciplines and promoting dialogue among them, but a theoretical framework that links all three disciplines at once is missing. I propose that ecosystem services (ES) can serve as such a theoretical framework. Moreover, after an ES‐centred framework establishes, it will be capable of further evolving – independently of ES—into a unified superdiscipline, relieving boundaries among disciplines. To demonstrate this potential, I present some examples of archaeology‐ES linkages, relating to the past, present and future. I show, in general, how archaeology studies past ES and informs us on current ES, as well as how ES benefit archaeological practice. Thus, I demonstrate the strong interface between archaeology and ES, and how it can promote the dialogue among the three disciplines, provide them with new practical tools, and resolve theoretical issues as the sustainability of ancient societies and anthropocentricity and monetisation of ES. Read the free Plain Language Summary for this article on the Journal blog.

show abstract

Neolithic land-use, landscape development, and environmental dynamics in the Carpathian Basin

Kempf

2020

Journal of Archaeological Science: Reports

View full text Add to dashboard Cite

Methods and Perspectives of Geoarchaelogical Site Catchment Analysis: Identification of Palaeoclimate Indicators in the Oder Region from the Iron to Middle Ages

Cited by 5 publications

References 7 publications

Aspek Geoarkeologi Terhadap Strategi Subsistensi Masyarakat Di Pesisir Selatan Belitung Dari Abad Ke-19 Sampai Awal Abad Ke-20 Masehi

Aspek Geoarkeologi Terhadap Strategi Subsistensi Masyarakat Di Pesisir Selatan Belitung Dari Abad Ke-19 Sampai Awal Abad Ke-20 Masehi

The ecosystem services framework in archaeology (and vice versa)

Neolithic land-use, landscape development, and environmental dynamics in the Carpathian Basin

Contact Info

Product

Resources

About