Liyangan archaeological site in the village of Purbasari, Residency Temanggung, Central Java, is an Old Mataram settlement predictably existed from around 8th to 10th century CE. In this site, which was buried by thick layers of pyroclastic materials of Gunung Sindoro eruption, various artefacts as well as stone structures are found including pavement, altars, retaining walls, water-temple, and remains of wooden structures. One of the most interesting aspect of this site is the orientation of the stone structures. Although the whole settlement was arranged to follow the sloping contour of the Mount Sindoro, most of the stone structures were oriented to southeast, which was not common for stone shrines built at the same period. This paper attempts to explain the reason for such an exceptional orientation using landscape archaeological approach. Our research demonstrates that the ten Liyangan stone structures were oriented to either Mount Merapi, Baka Hill, or the Prambanan temple. The orientation of the stone structures is believed as a reflection of the spatial map and the cosmology of the community lived in Liyangan centuries ago. It is suggested here that such an orientation represents the so-called “spiritual landscape”of the people.
Kawasan Percandian Muarajambi merupakan kawasan Cagar Budaya bercorak Buddha di Sumatra yang berada di lahan seluas kurang lebih 3.981 hektar dengan bentuklahan fluvial. Kawasan ini sering tergenang air, baik ketika musim penghujan maupun ketika terjadi pasang laut, tetapi hingga sekarang masih dihuni oleh masyarakat. Tulisan ini menguraikan hasil penelitian jejak transformasi lanskap perairan di Kawasan Percandian Muarajambi berdasarkan memori kolektif masyarakat dan bukti-bukti fisik yang menyertainya. Metode yang digunakan adalah komparasi citra satelit menggunakan perangkat SIG dan konfirmasi hasil komparasi tersebut kepada masyarakat melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berbeda dengan interpretasi sebelumnya, jaringan perairan tidak menjadi prasarana transportasi yang aktif sepanjang waktu. Selain itu, berbagai bentuklahan hidrologis masa lampau di kawasan ini juga berhasil diidentifikasi.
Artikel ini ditulis berdasarkan Program Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan pada tahun 2020. Kegiatan ini dilaksanakan atas dasar keberadaan salah satu tinggalan arkeologi di Kelurahan Legok, Kota Jambi, yaitu Candi Solok Sipin serta situs-situs lain di sekitarnya. Berdasarkan tinjauan terkini, Candi Solok Sipin berada dalam kondisi yang terancam kelestariannya. Salah satu faktor yang menjadi ancaman terhadap kelestarian Situs Candi Solok Sipin adalah kurangnya kepedulian masyarakat sekitar terhadap keberadaan situs tersebut. Oleh karena itu kegiatan Program Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Legok Kota Jambi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan Situs Candi Solok Sipin. Potensi yang dimiliki Kelurahan Legok antara lain adalah keberadaan Rumah Batik dan kelompok pembatik. Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pendampingan bagi masyarakat Kelurahan Legok sebagai upaya pelestarian dan pemanfaatan tinggalan arkeologi di kawasan tersebut melalui kegiatan pengembangan motif batik. Di Situs Candi Solok Sipin terdapat tinggalan arkeologi yang memiliki relief dan ornamen yang dapat dikembangkan menjadi motif batik. Target khusus yang ingin dicapai yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat di Kelurahan Legok untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian situs Candi Solok Sipin. Metode pendampingan dilaksanakan dalam tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan menghasilkan 5 motif baru yang terinspirasi dari relief dan motif tinggalan arkeologi Situs Solok Sipin. Diharapkan motif-motif baru ini dapat menjadi kebanggaan dan ciri khas Kelurahan Legok. Untuk jangka panjang diharapkan motif batik yang telah tercipta menjadi produk unggulan Kelurahan Legok Kota Jambi.
Penelitian ini dilakukan atas dasar hipotesis tentang keberadaan tinggalan-tinggalan masa klasik yang berada di Daerah Aliran Sungai Batanghari. Kecamatan Sarolangun dipilih karena hingga kini belum pernah diteliti potensinya tentang tinggalan pemukiman arkeologi klasik. Tinggalan arkeologi klasik yang pernah dilaporkan hanyalah arca Ganesha yang saat ini disimpan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan metode predictive modelling dengan menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis untuk dapat membantu memperkirakan titik-titik yang mengandung potensi tinggalan arkeologi. Variabel prediksi yang digunakan adalah laporan temuan, model lokasi situs, informasi masyarakat, serta potensi temuan permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa lokasi di Kecamatan Sarolangun yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap tinggalan arkeologi klasik. Sensitivitas tinggalan arkeologi ini kemudian diturunkan dalam bentuk peta potensi. Tujuan utama dari pembuatan peta tersebut adalah agar dapat menentukan strategi riset lanjutan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.