Model Pertanian Terpadu Tanaman Hortikultura dan Ternak Sapi untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Abstract

Research was conducted to identify the diversity of technologies in an integrated farming system for horticulture and beef cattle. Furthermore, it observed the improving of farmer income that used this model. There were primary and secondary data with the survey method for farmers in Pekanbaru. The result showed the integrated farming system kept up to 21 heads of beef cattle and 4,22 ha of holticultures. Every farmer had around 0,3 ha farmland and approximately 4 to 5 heads of beef cattle. Finally, the integrated farming system increased the farmer income about Rp 9.731.147 per cultivating period of holticultures and about Rp. 9.345.328 per year of keeping the beef cattles.

Integrated Coastal and Small Island Development Plant-livestock Based in Kolaka Regency :Paper

“…Efforts to meet the needs of domestic beef and milk need to be supported by improved feeding systems to increase the productivity of ruminants and to utilize local feed, including agricultural waste (Kuswandi, 2011;Indrayani &Hellyward, 2015;Ruhiyat et al, 2020). Among the existing agricultural waste, new rice straw is used for feed, whereas waste of other food crops and plantation crops are abundant, both for basal feed and additional feed (Siswati &Nizar, 2012;Sariubang et al, 2013;Suprihatin &Sukardi, 2018). An estimated 151 million tons of dry forage food crop waste and 94.24 million tons of dry forage plantation waste are available and can support more than 183.18 million adult cows without having to rely on grass (Tumewu et al, 2014;Pomegranate et al, 2015).…”

Hambatan Dan Peluang Sisitem Pertanian Terpadu Di Era Modern

“…Jumlah produk ikutan jagung dapat dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-3,4 ton bahan kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber serat/pengganti hijauan untuk satu satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg dengan konsumsi pakan kering 3 % bobot hidup) bdalam setahun (Sariubang et al, 2013). Produk ikutan tanaman jagung sebelum digunakan sebagai bahan baku pakan dapat diolah menjadi silase baik dengan atau tanpa proses fermentasi dan amoniasi (L Siswati & Nizar, 2012). Pemberian dalam bentuk segar atau sudah diolah disarankan sebaiknya dipotong-potong atau dicacah terlebih daulu agar lebih memudahkan ternak untuk mengkonsumsi ( Suwarto et al, 2020).…”

Manajemen Reproduksi Dan Pakan Untuk Tujuan Pembibitan Dan Penggemukan Sapi Bali Di Desa Alebo Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

“…Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada pertanian untuk mengurangi pupuk anorganik (Elpawati et.al., 2015) Jurnal Pengamas, Vol.3, No.1, Juni (2020) (Siswati dan Nizar, 2012). Sementara itu menuru Hutabarat (2002) kotoran sapi dapat mengurangi biaya pengadaan pupuk yang sekaligus dapat mengurangi biaya produksi dan juga dapat menjaga kelestarian bahan organik yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani.…”