“…Dalam kondisi semacam ini, akuntansi akan menjauhkan orang-orang dari cinta yang universal dan sebaliknya selalu mengedepankan egoisme individual. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan akuntansi yang berorientasi pada kerakyatan yang meliputi kebersamaan, bermoral, bertanggung jawab sosial, dan berketuhanan (Mulawarman 2013). Hal ini kemudian diidentifikasi oleh Mulawarman (2013:162) menjadi pengembangan akuntansi yang berkearifan holistik, yang meliputi pembangunan akuntabilitas berbasiskan nilai tambah kuanta diri-sosialsemesta-spiritual, nilai tambah batiniah diri-sosial-semesta-spiritual, dan nilai tambah kearifan diri-sosial-semesta-spiritual.…”