ABSTRAKTata laksana adekuat sepsis dapat memperbaiki luaran pasien. Surviving sepsis campaign (SSC) guidelines 2012 merupakan panduan internasional tata laksana sepsis berat dan syok septik, namun implementasinya dipengaruhi oleh sumberdaya dan fasilitas kesehatan. Penelitian ini mengevaluasi implementasi SSC di rumah sakit. Studi prospektif dilakukan antara Februari-Juni 2013 pada seluruh pasien usia 1 bulan-18 tahun yang memenuhi kriteria sepsis, dengan menilai penggunaan cairan resusitasi dan obat vasoaktif, waktu pemberian antibiotika, waktu pengambilan kultur, pemberian nutrisi, penggunaan ventilator, dan angka kematian. Di antara 40 pasien, 34 merupakan kasus syok septik. Seluruh pasien syok septik mendapatkan resusitasi cairan dan obat vasoaktif. Obat vasoaktif diberikan kurang dari 6 jam pada 21 pasien. Hanya 14 pasien mendapatkan antibiotika pada jam pertama, dan hanya 6 pasien dilakukan pemeriksaan kultur darah sebelum pemberian antibiotika awal. Sebanyak 28 pasien membutuhkan ventilator, namun 13 pasien tidak bisa mendapatkannya.Hal ini meningkatkan risiko mortalitas 2,1 kali (95% IK 1,2; 3,7). Saat perawatan di unit intensif, 27 pasien mendapatkan nutrisi pada 6-24 jam pertama, namun sebagian besar (32 pasien) mendapatkan kalori kurang dari 80% dalam 48 jam pertama yang meningkatkan risiko mortalitas 3 kali (95% IK 1,1; 8,2). Mortalitas terjadi pada 24 pasien. Hal ini menunjukkan adanya hambatan pelaksanaan SSC guidelines 2012 dalam hal pemberian antibiotika, pemeriksaan kultur darah, penggunaan ventilator, dan pemberian nutrisi adekuat. Ketidaktersediaan ventilator dan terapi nutrisi inadekuat meningkatkan risiko mortalitas.