Pemanfaatan Metode Geolistrik 2 Dimensi dalam Mengidentifikasi Kemenerusan Lapisan Air Tanah di Dusun IID, Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Abstract

Sebagian warga yang tinggal di sekitar Dusun IID, Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan; sering mengalami kekeringan air tanah pada sumur bor yang dimilikinya. Kedalaman sumur bor tersebut sekitar 10 meter, padahal ada sumur bor dengan kedalaman yang sama, kuantitas airnya banyak. Untuk mengatasi permasalahan ini, tim pengabdian kepada masyarakat menggunakan metode geolistrik untuk mengidentifikasi kemenerusan lapisan air tanah di dusun tersebut. Metode geolistrik 2 dimensi diaplikasikan di lokasi pengukuran agar dapat memberikan informasi persebaran nilai tahanan jenis listrik di area tersebut (secara horizontal dan vertical) sepanjang bentangan 210 meter dengan jarak antar elektroda sebesar 14 meter. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa lapisan air tanah di sekitar lokasi memiliki kuantitas air tanah yang berbeda, dilihat dari persebaran nilai resistivitasnya (tahanan jenis listrik). Informasi warga terkait kedalaman air tanah dan kuantitas air tanah, cocok dengan penampang resistivitas. Bagi warga yang tinggal di sebelah Barat, dapat memanfaatkan air tanah hanya dengan kedalaman sumur bor sekitar 10 meter. Namun, sebagai rekomendasi bagi warga di sebelah Timur, tim menyarankan untuk membuat sumur bor dengan kedalaman lebih dari 25 meter.

A Combined Method of 1d and 2d Resistivity for Groundwater Layer Estimation at a Farming Area in Rejomulyo Village

“…with k as a geometrical attribute based on the electrode configuration, ∆V is a value of the potential difference between P1 and P2, and I is an electrical current that flows from electrode C1 to C2 (all units are in the International System). A specific device measures the electrical current and potential; it is a resistivity meter or geolistrik (in Indonesian) [22], while an attribute geometrically is manually measured using the following formula. where EQUATION ( 2) is the attribute calculation [10] for the Schlumberger array according to FIGURE 1(a), and EQUATION (3) is the calculation formula for the Wenner configuration [4,24] based on FIGURE 2.…”

“…Although rare, mineral exploration also has another implementation [13]. The 2D application is broader because it can display a cross-section of subsurface profiles, for example, ground structure condition [6,14], mineral prospecting [13,15,16], agricultural soil analysis [17], landslide mitigation [18,19], and volcanology study [20], as well as also for groundwater layer identification [21][22][23].…”

“…Then, [9] applied the same approach to identify groundwater potential in a neighboring village in the Jati Agung district. Meanwhile, [22] conducted the Wenner array of the 2D method in groundwater prospecting in Jatimulyo village in the same region. Sometimes if a researcher only relies on one approach, misinterpretation often occurs.…”

Identifikasi Persebaran Batuan Andesit Sebagai Bahan Utama Agregat Menggunakan Metode Geolistrik Profiling Konfigurasi Wenner-Alpha

“…Agar memastikan potensi tersebut sesuai harapan, perlu adanya pendekatan metode tidak langsung untuk mengecek keberadaan batu andesit, salah satunya menggunakan metode geolistrik profiling. Metode ini merupakan teknik resistivitas 2D yang umum digunakan dalam menganalisis lapisan air tanah (Antosia et al, 2022;Antosia and Ramdan, 2023;Gemilang et al, 2018;Minarto et al, 2021;Padlilah et al, 2021), mengindentifikasi bidang gelincir untuk zona rawan longsor (Simanjuntak and Cahyo, 2022;Souisa et al, 2015;Taufiqurrohman et al, 2017), mengeksplorasi mineral tambang (Arifin et al, 2019;Azis et al, 2019;Bahri et al, 2021;Fernandes et al, 2018;Yuniarto, 2020), dan tentunya dapat juga digunakan untuk investigasi sebaran batu andesit (Antosia et al, 2021;Prastowo, 2018;Ratminah et al, 2021;Simamora et al, 2021;Wahyono et al, 2020).…”