ABSTRAKRancang bangun sistem peringatan dini banjir menggunakan telemetri nirkabel dengan transceiver nRF24L01+ telah dilakukan. Sistem terdiri dari empat unit, yaitu unit transmitter, base station, repeater dan receiver. Unit transmitter berfungsi sebagai alat pemantau level muka air sungai dengan menggunakan sensor ulrasonik HC-SR04. Informasi level muka air sungai akan dikirimkan dari unit transmitter ke unit base station untuk penampil dan penyimpan data (data logging) dengan menggunakan program LabVIEW. Data level muka air akan dikirim kembali dari unit transmitter ke unit receiver dengan penambahan unit repeater sebagai penguat sinyal sehinggan jangkauan jarak pengiriman data semakin jauh. Hasil karakterisasi sistem telemetri nirkabel menggunakan transceiver nRF24L01+ memiliki jangkauan jarak maksimum outdoor tanpa penghalang 1000 m dan outdoor tanpa penghalang ketika hujan 600 m, sedangkan outdoor berpenghalang 470 m dan outdoor berpenghalang ketika hujan 454 m. Pengujian pengiriman informasi level muka air di daerah bagian hulu sungai Batu Busuk Limau Manis Padang dengan menggunakan telemetri nirkabel memiliki jangkauan jarak maksimum 68 m dari unit transmitter ke unit base station dan 843 m dari unit transmitter ke unit receiver dengan penambahan unit repeater.Kata kunci : arduino UNO R3, LabVEW, level muka air sungai, telemetri nirkabel, transceiver nRF24L01+. ABSTRACTFlood early warning system based on wireless telemetry with nRF24L01+ transceiver has been designed. The system consists of four units such as transmitter unit, base station, repeater and receiver. Ultrasonic sensor HC-SR04 was used to monitor water level of the river. Information of water level will be sent from transmitter unit to base station unit and will be saved in LabVIEW program. Data then will be resent from transmitter to receiver unit with addition of repeater unit as a signal booster until the range of data transmission getting further. Results of characterization of wireless telemetry system using nRF24L01 transceiver show that its maximum length is 1000 m in normal condition and 600 m in rain conditions, without hindrance, whereas in path with hindrance, its maximum length is 470 m in normal and 454 m in rain condition. Water level information transmission testing in the headwaters of Batu Busuk river, Limau Manis Padang using wireless telemetry have its maximum range of 68 m from transmitter unit to base station unit and 843 m from transmitter to receiver unit with addition of repeater unit.Keyword: arduino UNO R3, LabVEIW,water level of river, wireless telemetry, transceiver nRF24L01+.
An initial subsurface survey to predict the aquifer is important to avoid the unprospect drill location and getting groundwater with the right discharge. In this study, prediction of the aquifer was carried out using the seismic refraction method in Jatimulyo Village, Jati Agung District, South Lampung Regency. The data was collected on October 6, 2019 using the SUMMIT X One seismic tool with 24 Geophones. The first break data from p-wave travel time is processed and interpreted using the Hagiwara method. Interpretation results show that there are three layers of subsurface lithology in the study area. The weathering layer was found at 2 m to 3.5 m depth with average velocity of 360 m/s. The second layer is dry sand with a velocity of 890 m/s at a depth of 2 m to 8 m. The third layer with a 2300 m/s velocity is a mixture of clay rock and saturated sand at depths of more than 8 m. As a comparison there is resistivity distribution data on the same measurement line in the study area. The overall interpretation shows that at a depth of 12 m with saturated clay sedimentary rock as a prospect of aquifer in this study area.
ABSTRAKTelah dirancang sebuah sistem telemetri nirkabel pemantauan tingkat kekeruhan air di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Data tingkat kekeruhan air diambil dari air dalam reservoir PDAM yang diukur oleh sistem sensor TSD-10. Data ditransmisikan melalui udara dengan memodulasikan ke bentuk gelombang elekromagnetik oleh transceiver nRF24L01+ pada unit pemancar. Gelombang beroperasi pada frekuensi radio 2,4 GHz. Data akan diterima oleh transceiver nRF24L01+ di laboratorium PDAM pada jarak 250 m sebagai unit penerima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ruang terbuka transceiver nRF24L01+ mampu mentransmisikan data tingkat kekeruhan air saat cuaca cerah hingga 1 km dan 600 m saat cuaca hujan. Sistem sensor TSD-10 memiliki sensitivitas -1,5 mV/NTU dengan besar persentase kesalahan terbesar adalah 12,07% dan yang terkecil 0,48% serta dapat mengukur hingga 1000 NTU. Sistem ini memiliki data logging tingkat kekeruhan air pada unit penerima menggunakan program labVIEW pada komputer yang terhubung dengan arduino UNO R3.Kata kunci : telemetri nirkabel, nRF24L01+, arduino UNO R3, tingkat kekeruhan air, labVIEW. PENDAHULUANAir minum yang aman bagi kesehatan adalah air yang memenuhi beberapa persyaratan standar seperti parameter tingkat kekeruhan air yang tidak lebih dari 5 NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Pada daerah perkotaan terdapat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang mengolah air baku yang akan digunakan atau disalurkan ke rumah penduduk. Data hasil pengukuran tingkat kekeruhan air di PDAM belum dapat diterima langsung di laboratorium pemeriksaan sampel yang berjarak hingga 250 m dari alat ukur yang dipasang di lokasi reservoir (Faisal, 2015).Stalling (2005) menyatakan bahwa telemetri nirkabel memiliki keuntungan seperti meningkatkan produktivitas dengan akses realtime ke informasi walaupun teknisi tidak di lokasi dan biaya yang efektif untuk instalasi jaringan pada lokasi sulit kabel dan mengurangi biaya kepemilikan. Pada penelitian ini digunakan transceiver nRF24L01+ untuk menunjang sistem telemetri nirkabel. Ini disebabkan beberapa hal yaitu modul bekerja pada frekuensi tak berbayar (2,4 GHz) dan memiliki spesifikasi low cost, low datarate (250 Kbps) dan low power (Fajriansyah dkk., 2016). Jangkauan (range)
Sebagian warga yang tinggal di sekitar Dusun IID, Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan; sering mengalami kekeringan air tanah pada sumur bor yang dimilikinya. Kedalaman sumur bor tersebut sekitar 10 meter, padahal ada sumur bor dengan kedalaman yang sama, kuantitas airnya banyak. Untuk mengatasi permasalahan ini, tim pengabdian kepada masyarakat menggunakan metode geolistrik untuk mengidentifikasi kemenerusan lapisan air tanah di dusun tersebut. Metode geolistrik 2 dimensi diaplikasikan di lokasi pengukuran agar dapat memberikan informasi persebaran nilai tahanan jenis listrik di area tersebut (secara horizontal dan vertical) sepanjang bentangan 210 meter dengan jarak antar elektroda sebesar 14 meter. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa lapisan air tanah di sekitar lokasi memiliki kuantitas air tanah yang berbeda, dilihat dari persebaran nilai resistivitasnya (tahanan jenis listrik). Informasi warga terkait kedalaman air tanah dan kuantitas air tanah, cocok dengan penampang resistivitas. Bagi warga yang tinggal di sebelah Barat, dapat memanfaatkan air tanah hanya dengan kedalaman sumur bor sekitar 10 meter. Namun, sebagai rekomendasi bagi warga di sebelah Timur, tim menyarankan untuk membuat sumur bor dengan kedalaman lebih dari 25 meter.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.