Bandar Lampung is a city in Lampung Province with high dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. This disease is caused by infection with the Aedes aegypti mosquito. The high number of dengue cases is the reason for monitoring and controlling vector density. Ovitrap placement can be a way to describe the density of eggs in the area so that preventive measures can be more effective. In addition to laying ovitrap, chemical larvicides in the form of temephos (abate) are also used to control dengue vectors. Continuous use of temephos can cause vectors to experience resistance. This study aimed to know the density of mosquito eggs, ovitrap index, and the effect of temephos (abate) on the resistance status of Ae. aegypti larvae. The study was conducted by counting the number of eggs in the ovitrap laid for seven days indoors and outdoors. The larval susceptibility test was carried out using the third instar larvae resulting from the rearing of eggs obtained from the laying of ovitraps. The Third instar larvae were tested using temephos with a concentration of 0.02 mg/L for 1 hour with four replications and then observed and counted after 24 hours. The results of this study showed that the density of mosquito eggs in Rajabasa Raya Village was 0.05 eggs/mL, the ovitrap index was 68.9%, and the susceptibility test was categorized as vulnerable because the larvae died 100%.Keywords: Ae. aegypti; Vector; Ovitrap; Vulnerability; TemephosABSTRAKKepadatan Telur pada Ovitrap dan Pengaruh Temephos (Abate) Terhadap Kerentanan Larva Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Rajabasa Raya Kota Bandar LampungBandar Lampung menjadi kota di Provinsi Lampung yang memiliki kasus demam berdarah dengue (DBD) yang tinggi. Penyakit ini diakibatkan oleh adanya infeksi nyamuk Aedes aegypti. Kasus DBD yang tinggi menjadi alasan untuk dilakukannya pemantauan dan pengendalian kepadatan vektor. Peletakkan ovitrap dapat menjadi cara untuk menggambarkan kepadatan telur di wilayah tersebut sehingga tindakan pencegahan yang dilakukan dapat lebih efektif. Selain peletakkan ovitrap, larvasida kimia berupa temephos (abate) juga digunakan sebagai cara pengendalian vektor DBD. Penggunaan temephos secara berkelanjutan dapat menyebabkan vector mengalami resistensi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kepadatan telur nyamuk, indeks ovitrap, dan pengaruh temephos (abate) terhadap status resistensi larva Ae.aegypti. Penelitian dilakukan dengan menghitung jumLah telur pada ovitrap yang diletakkan selama tujuh hari di dalam rumah dan juga di luar rumah. Uji kerentanan larva dilakukan dengan menggunakan larva instar III hasil pemeliharaan telur yang didapatkan dari peletakan ovitrap. Larva instar III diuji menggunakan temephos dengan konsentrasi 0,02mg/L selama 1 jam dengan empat kali ulangan lalu diamati dan dihitung setelah 24 jam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kepadatan telur nyamuk di Kelurahan Rajabasa Raya sebesar 0,05 butir/mL, indeks ovitrap 68,9%, dan uji kerentanan dikategorikan rentan karena larva mengalami kematian 100%.Kata kunci : Aedes aegypti, vektor, ovitrap, kerentanan, temephos