“…Selain itu guru kurang mempertimbangkan kemampuan dan karakteristik anak, guru perlu meningkatkan keprofesional dalam mengajar demi mencapai tujuan pembelajaran dan perkembangan anak dapat berkembang dengan baik, salahsatunya yaitu perkembangan motorik halus. Memberikan kegiatan yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak (developmentally apropriate practice) akan berdampak pada optimalnya perkembangan anak (Samarinda, 2019); (Nunung et al, 2017); (R Ariyana & Rini, 2009 x koordinasi antara tangan dan mata sangat dibutuhkan (Handayani & Suharno, 2018); (Claudia et al, 2018); (Fransisca Anggraeni Suriantoso, Ni Made Ayu Suryaningsih, 2016); (Menengah, Negeri, & Email, 2017); (Harahap, 2019); (Rahmawati & Khotimah, 2013); (Maret & Maret, 2016); (Paud, Pendidikan, Surabaya, & Cristiana, n.d.); (Pangestika & Setiyorini, 2015); (Nunung et al, 2017); (Yunisari & Sumarni, n.d.); (Adiningsih & Syafrina, 2019); (Rizqia, Iskandar, Simangunsong, & Suyadi, 2019); (Pendidikan et al, 2016); (Maghfuroh & Chayaning Putri, 2018); (Sutini & Rahmawati, 2018 (Fitriatun, 2019); (Hasanah & Priyantoro, 2019), konsep matematika dan konstruksi (Lebée, 2015); (Hernandez & Hartl, 2018); (Gilewski, Pełczyński, & Stawarz, 2014); (Stern, Pinson, & Murugan, 2017); (Turner, Goodwine, & Sen, 2016); (Overvelde et al, 2016); (Dureisseix, 2012); (Avila, Magleby, Lang, & Howell, 2019), menumbuhkan kemandirian (Claudia et al, 2018); (Fitriatun, 2019), rasa percaya diri anak (Fitriatun, 2019).…”