The physiographical condition of Jenar District is a limestone hills area and the complexity of the limiting factors are the main problem in a sugarcane plantation. Local wisdom requires the community to be able for maximize resource productivity through conventional land management and conservation efforts. This resource aims to identify the handling of limiting factors in the aspect of local wisdom and carry out operational mapping of their handling. The method in this study is qualitative based applying Triangulation theory through ethnographic studies with rich and thick description analysis techniques carried out in each land unit. The results obtained are the existence of conventional methods based on local wisdom with low operational levels on the Galengan and Mapringi methods for drainage problems in the ACK-I-KB, KLMR-I-Kb land units and the Larikan method for erosion problems in the KRGK-I-Kb land unit. The moderate operational level is on Besik-besik method for the problem of nutrient availability in the GK-I-Kb land unit. The high operational level is on Ngetrapi method for slope strength problems in KRGK-II-Kb, KLMR-II-Kb, ACK-II-Kb dan GK-II-Kb land units.
Kondisi fisiografis Kecamatan Jenar merupakan kawasan perbukitan kapur dan kompleksitas faktor pembatas menjadi problematika utama dalam operasional perkebunan tebu. Kearifan lokal menuntut masyarakat untuk dapat memaksimalkan produktivitas sumber daya melalui upaya pengelolaan dan konservasi lahan secara konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penanganan faktor pembatas dalam aspek kearifan lokal dan melakukan pemetaan operasional penanganannya. Metode dalam penelitian ini berbasis kualitatif dengan menerapkan triangulation theory melalui kajian etnografi dengan teknik analisis rich and thick description yang dilakukan di setiap unit lahan. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu adanya metode konvensional berbasis kearifan lokal dengan tingkat operasional rendah pada metode Galengan dan Mapringi untuk masalah drainase di unit lahan ACK-I-Kb, KLMR-I-Kb serta metode Larikan untuk masalah erosi di unit lahan KRGK-I-Kb. Tingkat operasional sedang pada metode Besik-Besik untuk masalah ketersediaan hara di unit lahan GK-I-Kb. Tingkat operasional tinggi pada metode Ngetrapi untuk masalah kekuatan lereng di unit lahan KRGK-II-Kb, KLMR-II-Kb, ACK-II-Kb, dan GK-II-Kb.