Artikel ini membahas bagaimana pengaruh keterlibatan Food and Agriculture Oganization (FAO) dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian pasca konflik krisis pangan etnis Rohingya di Myanmar, dimana ketika adanya konflik yang terjadi antara etnis Rohingya dan Rakhine di tahun 2012. Konflik tersebut pada akhirnya berdampak terhadap krisis pangan khususnya di wilayah Rakhine yang di tinggali oleh etnis Rohingya, padahal pada kenyataanya wilayah tersebut menjadi salah satu wilayah yang potensial dalam peningkatan sektor pertanian di Myanmar namun di sisi lain wilayah tersebut juga bukan hanya wilayah yang rawan konflik namun juga wilayah yang rawan akan bencana Metode di dalam penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif kemudian di analisis secara deskriptif selain itu juga Dalam teknik pengumpulan data,, peneliti menggunakan cara melalui penelusuran studi pustaka (Library Research), baik dari berita online maupun berita resmi dari pemerintah Myanmar dan berita resmi yang dikeluarkan dari FAO hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan adanya keterlibatan FAO dengan cara melakukan kerjasama dengan pemerintah Myanmar dalam mengoptimalisasi sektor pertanian di wilayah Rakhine menjadi cara yang efektif dalam memberikan pengaruhnya terhadap etnis Rohingya yang tinggal di wilayah Rakhine dimana dengan upaya peningkatan produktivitas pertanian di wilayah konflik tersebut dapat mengurangi ketergantungan bantuan dan dapat meningkatkan ketersediaan pangan sehingga dapat mengurangi korban yang kelaparan dan krisis pangan yang di alami oleh etnis Rohingya di Myanmar
Pasca konflik yang terjadi di Myanmar, khususnya di wilayah Rakhine, menyebabkan etnis Rohingya memilih untuk mengungsi ke Bangladesh yang merupakan negara yang paling dekat dengan Myanmar. Namun yang menjadi permasalahannya adalah kedatangan para pengungsi Rohingya di Bangladesh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan pengungsi. Bangladesh juga merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang kecil namun memiliki penduduk yang padat. Para pengungsi Rohingya yang berdatangan mengalami kondisi yang memprihatinkan, mulai dari kelaparan hingga gizi buruk. Penelitian ini menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri Indonesia dalam memberikan bantuan para pengungsi Rohingya di Bangladesh. Kedua negara memiliki permasalahan yang sama dalam menangani pengungsi Rohingya yang datang ke negaranya sehingga ketika pemerintah Bangladesh membutuhkan bantuan, Indonesia memberikan kontribusinya berasaskan jiwa kemanusiaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan analisa yang diambil dari studi pustaka serta informasi tambahan dari situs resmi online pemerintahan dari kedua negara yaitu Indonesia dan Bangladesh. Selain itu, peneliti juga menggunakan beberapa literatur jurnal penelitian terdahulu terkait urgensi dan kondisi yang dialami oleh etnis Rohingya dan lalu dianalisa dengan konsep kebijakan luar negeri dari Rosenau dalam melihat bagaimana kebijakan luar negeri Indonesia dalam memberikan bantuan pengungsi Rohingya di Bangladesh. Hasil dari peneltian ini menunjukan bahwa Indonesia memberikan manfaatnya untuk mempererat kerjasama kedua negara dan juga memperkecil jumlah korban etnis Rohingya yang berjatuhan di Bangladesh.
Penelitian ini membahas bagaimana dinamika kebijakan politik luar negeri Indonesia melalui Gerakan Non-Blok (GNB), gerakan ini muncul sebagai aksi penolakan dari negara merdeka untuk tidak memilih antara kedua kubu negara adidaya diantaranya adalah antara Blok Barat Amerika Serikat dan juga Blok Timur diantaranya adalah Uni Soviet yang terjadi ketika di masa Perang Dingin. Indonesia menjadi pelopor terbentuknya GNB karena menolak keras atas segala bentuk penjajahan dan ingin menciptakan perdamaian. Penelitian ini digunakan dengan metode kualitatif dijelaskan secara deskriptif. Selain itu, analisis serta pengumpulan data penelitian ini diambil dari studi literartur diantaranya adalah buku, jurnal, laporan, ataupun media daring untuk menjelaskan bagaimana dinamika kebijakan politik luar negeri yang dilakukan Indonesia melalui GNB. Hasil dari penelitian ini adalah Indonesia masih tetap optimis dan aktif dalam GNB ini karena masih dianggap relevan terutama dalam menghadapi permasalahan global yang semakin kompleks.
This article discusses how the scientific diplomacy efforts undertaken by the German Epistemic Community in promoting Colombian development. The Epistemic Community is the liaison between the two countries in the hope of being able to contribute to a country's policy through science in dealing with various local and global issues and can also contribute to the development of Colombia. By using descriptive qualitative research methods along with the concept of epistemic community and scientific diplomacy, this study produced findings that the Science Diplomacy carried out by the German Epistemic Community in promoting development in Colombia manifested itself in the form of efforts to improve academic collaboration, support the implementation of academic activities within government agencies, and continue recommendations for the development of various aspects of science in the research sector related to development policy.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.