Talas satoimo (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) adalah jenis talas yang memiliki ukuran umbi kecil (small corm taro) dan disebut sebagai talas Jepang atau satoimo. Metode perbanyakan satoimo secara konvensional memerlukan waktu relatif lama, oleh karenanya teknik perbanyakan tunas satoimo secara in vitro menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan bibit satoimo yang terus meningkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi antara BAP dan IAA pada multiplikasi tunas satoimo dan menentukan konsentrasi BAP dan IAA paling baik untuk multiplikasi tunas satoimo. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola perlakuan faktorial. Faktor pertama adalah konsentrasi BAP (B) dengan 4 taraf yaitu B1 : 5 µM, B2 : 7,5 µM, B3 : 10 µM dan B4 : 12,5 µM. Faktor kedua adalah konsentrasi IAA (I) dengan 4 taraf yaitu I1 : 1 µM, I2 : 2 µM, I3 : 3 µM dan I4 : 4 µM. Kombinasi kedua faktor ini menghasilkan 16 perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 48 unit percobaan. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan tunas talas, dengan parameter yang diukur meliputi jumlah tunas, jumlah daun, dan jumlah akar. Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Ragam dengan tingkat kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada tingkat kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara BAP dan IAA memacu pembentukan tunas dan akar pada multiplikasi tunas satoimo dalam kultur in vitro. BAP dengan konsentrasi 5 µM dan IAA konsentrasi 2 µM merupakan konsentrasi terbaik untuk memacu multiplikasi talas satoimo dalam kultur in vitro.