Fritjof Capra memperkenalkan visi baru dalam melihat realitas (new version of reality) melalui penemuan kebenaran holistik ekologi yang linier in nature dengan landasan ontologi holistik pluralis-spiritualistik-organism dan landasan epistemologis sintesis, dialog interaktif, dan kesetaraan subjek. Berdasarkan hal tersebut, Capra menjelaskan bahwa keseimbangan antara sains dan teknologi yang dibatasi oleh nilai moral dan agama akan menciptakan keberlanjutan ekologi dengan sendirinya sebagai akibat cara pandang manusia yang kapitalis, materialistik, dan hedonisme mengesampingkan spiritualisme hanya sebagai pseudo sains. Hal ini menyebabkan world view Capra muncul di berbagai bidang sebagai kebijaksanaan alam (wisdom of nature) yang digambarkan sebagai kemampuan ekosistem-ekosistem ekologis planet bumi mengorganisir dirinya sendiri melalui cara-cara yang kompleks. Hal tersebut tampak dalam cara pandang Capra, a science for sustainbale living yang menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan untuk keberlanjutan kehidupan tidak perlu menciptakan masyarakat manusia berkelanjutan dari nol, tetapi bisa meniru ekosistem-ekosistem alam yang merupakan komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang berkelanjutan. Kondisi ini menjelaskan bahwa ketika ada keseimbangan diantara pemanfaatan sains dan teknologi yang dibatasi aspek nurani dan agama (Yang) maka dengan sendirinya keberlanjutan terjadi. Tetapi disebabkan adanya cara pandang berbeda yang semakin meningkatkan kerusakan lingkungan seperti climate change, maka Capra menawarkan konsep ecoliteracy yang menjamin secara kokoh keberlanjutan kehidupan bersama di planet bumi, yaitu: jaringan-jaringan, siklus-siklus, energi matahari, kemitraan, keanekaragaman, dan keseimbangan dinamis. Oleh karena itu, Capra menawarkan solusi untuk penyelesaian climate change adalah ekoliteracy yang ia sebut merebak ke berbagai bidang ilmu karena akan berkembang menjadi ekodesain. Kelompok yang diharapkan untuk mengerti ekoliterasi dalam menghadapi perubahan lingkungan (climate change) adalah kaum politikus, pimpinan bisnis, para profesional di semua lapisan, dan lembaga-lembaga pendidikan. Kelompok ini menurut Capra adalah kelompok-kelompok pengambil kebijakan publik atau kelembagaan dan pemberi masukan terpercaya yang memiliki kemampuan riil dalam menciptakan dampak-dampak kemasyarakatan jauh ke depan.