Perkembangan Pendidikan Islam Di Brunei Darussalam

Abstract

Borneo Darussalam is one of the countries in the world claims itself as Islamic country that follows the Syafi'e school in Fiqh and Asy'ariyah in Theology. The history of Islam comes to Borneo Darussalam has some versions like another Asian countries. One version said that Islam came to Borneo in the 7 centuries and another version said that in the 13-14 centuries which was brought by Arabian Trade. Educational model in Borneo is the same in Singapore and Malaysia with the pattern A-7-3-2-2 by using Malay and English instruction with focusing on the priority of human's morality to get religion and master technology. The government (Kingdom) has paid more attention to educational progress. The is shown to the educational budget portion is too high and the position of education is very high to society's view.

Studi Kawasan Dalam Sejarah Islam Di Asia Tenggara

“…Asal-usul utusan itu, termasuk apakah ia seorang pengusaha Muslim dari luar Brunei yang kemudian dikirim dalam misi komersial ke Istana Cina atau seorang Melayu asli yang juga memeluk Islam, masih belum diketahui. (Bani, 2008) Menurut legenda lain, pedagang Arab dan pengkhotbah Islam pertama kali datang di Brunei sekitar abad ketujuh. Pertumbuhan Islam di Brunei telah memberikan kebebasan kepada masyarakatnya untuk mengikuti adat istiadatnya.…”

“…Dengan kata lain, ritual atau adat yang telah menjadi panutan bagi masyarakat akan terus diikuti selama mereka membantu melestarikan aset Islam. Oleh karena itu, jelas pada titik ini bahwa ada ketaatan pada prinsip-prinsip Islam dengan tetap menghormati tradisi lokal, seperti dalam kasus perayaan yang diadakan sesuai dengan hukum Islam (Bani, 2008).…”

Sejarah Kurikulum Pendidikan Islam di Brunei Darussalam

“…Apalagi, kekuasaan yang penuh dimiliki oleh raja, sehingga masyarkakat Brunei sangat hati-hati terhadap pengaruh dari luar. Bahkan, pada tahun 1991 disaat perayaan Isra' Mi'raj, Sultan telah mengeluarkan dekrit yang isinya melarang pergerakan Al-Arqam yang larangan itu sangat dihormati oleh masyarakat Brunei (Bani, 2008). Selain itu juga, raja Brunei melarang menjual minuman keras, berkhalwat (hubungan intim yang tidak sampai melakukan perbuatan zina), melakukan razia makanan yang tidak halal disetiap restoran dan juga memberikan batasan terhadap agama lain, seperti kristen, Budha, Hindu untuk menyebarkan agamanya secara bebas (Natalia, 2015).…”

“…Bahkan, perusahaan yang besar di Mesir telah menerbitkan 150.000 exslamper ke sekolah-sekolah yang ada di Brunei. Raja Brunei juga menekankan pengajaran bahasa Melayu dengan huruf Jawi dan aksara rumi, sebagai tujuan untuk semakin memperkuat hubungan antara negara Melayu dengan warisan budaya Islam (Bani, 2008). Dilihat dari sistem pengajaran negara Brunei dari segi bahasa, maka Brunei juga sudah menggunakan sistem pendidikan ala barat yang berarti Brunei disatu sisi mengajarkan pendidikan Islam, tetapi disisi lain mengajarkan sistem pendidikan ala barat dan sekolah-sekolah yang didirikan oleh Inggris masih tetap saja berjalan walaupun Brunei telah memperoleh kemerdekaan.…”

“…Pertikaian demi pertikaian terus berlanjut yang bukan hanya dengan bangsa Inggris tetapi terjadi juga dengan bangsa Cina dan Melayu dari masyarakat pribumi Brunei pada tahun 1960. Masing-masing kedua negara mengamankan negaranya, kemudian setelah aman baru Brunei memisahkan diri dari negara Malaysia(Bani, 2008).Dari beberapa pengertian tentang terbentuknya sejarah kerajaan negara Brunei sejak kedatangan agama Islam dan bangsa penjajah tetapi disisi yang begitu menarik kerajaan Brunei ini adalah tidak terlepas dari peran Kesultanan sehingga sampai saat ini Brunei dianggap sebagai negara yang memiliki corak pemerintahan monarki absolut berdasarkan hukum Islam yang mana Sultan menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, sekaligus merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dan juga dibantu oleh Dewan Penasehat Kesultanan dan beberapa Menteri. Kesultanan Brunei telah berdiri sejak abad ke 15 M(Ghofur, 2015).…”