2017
DOI: 10.20884/1.mib.2016.33.1.347
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pertumbuhan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) pada Tanah Masam yang Diinokulasi Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) Campuran dan Pupuk Fosfat

Abstract: This research aimed to find out the interaction effect between mixed Vesicular Arbuscular Mycorrhiza (VAM) and phosphate fertilizer to the growth of red chili (C. annuum) in acid soil, and to fnd out the best combination of mixed VAM and phosphate fertilizer to the growth of red chili (C. annuum) in acid soil. This research used an experimental method with Completely Randomized Design (CRD) in a factorial pattern with two factors. The first factor was mixed VAM dosages consisted of four levels: 0; 10; 15; 20 g… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
0
0
7

Year Published

2020
2020
2024
2024

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 12 publications
(11 citation statements)
references
References 1 publication
0
0
0
7
Order By: Relevance
“…Muzakkir et al (2010) menyebutkan tingkat infeksi FMA pada akar tanaman bergantung pada kompatibilitas antara jamur dan tanaman. Menurut Jamilah et al (2016) Glomus dan Gigaspora mampu bersimbiosis dengan akar tanaman cabai. Kedua genus FMA tersebut terdapat dalam inokulum yang digunakan.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Muzakkir et al (2010) menyebutkan tingkat infeksi FMA pada akar tanaman bergantung pada kompatibilitas antara jamur dan tanaman. Menurut Jamilah et al (2016) Glomus dan Gigaspora mampu bersimbiosis dengan akar tanaman cabai. Kedua genus FMA tersebut terdapat dalam inokulum yang digunakan.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Hal ini karena pemberian FMA pada tanaman cabai rawit dapat meningkatkan penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tinggi tanaman yang dihasilkan pada inokulasi 200 g FMA memberikan hasil tertinggi tanaman cabai umur 60 hari dan berbeda nyata dengan kontrol hal ini menunjukkan unsur P yang terdapat dalam FMA dapat berperan secara fungsional dalam pembentukan fosfolipid pada membran sel tanaman sehingga proses tersebut sangat berpengaruh dalam pertambahan tinggi tanaman (Jamilah et al, 2016). Selain itu inokulasi FMA mampu meningkatkan produksi hormon pertumbuhan tanaman seperti auksin, sitokinin dan giberelin dimana hormone-hormon tersebut yang berperan dalam pembelahan dan pemanjangan sel (Hakiki, 2013).…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Inokulasi 200 g FMA pada cabai rawit memberikan hasil tertinggi pada jumlah daun sebanyak 32, 56 helai, terendah pada kontrol positif sebanyak 17, 33 helai daun. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian FMA mampu meningkatkan penyerapan unsur hara terutama unsur P yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman (Jamilah et al, 2016), sehingga meningkatkan hasil asimilat yang digunakan dalam pembentukan daun (Putri et al, 2016). Daun yang dihasilkan pada kontrol positif lebih sedikit karena tanpa adanya inokulasi FMA tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit layu fusarium.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Disamping itu,tingkat viabilitas polen juga dipengaruhi oleh metode penyimpanan yang digunakan. Secara umum metode penyimpanan jangka panjang dengan teknik kriopreservasi akan lebih baik dibandingkan metode penyimpanan jangka pendek dengan pendinginan Hapsoh et al, (2017) dan Jamilah et al, (2017) menyatakan bahwa salah satu masalah dalam pengelolaan polen adalah kontinuitas ketersediaannya sehingga perlu dilakukan upaya agar viabilitas polen dapat dipertahankan dalam jangka waktu lama dengan penyimpanan.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pollen yang dikeringkan menggunakan box dryer memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan pollen yang dikeringkan menggunakan metode greenhouse dan pengeringan langsung dibawah sinar matahari, hal ini diduga karena pada pengeringan dengan suhu yang tinggi pollen mengalami kerusakan akibat proses penguapan yang terjadi. Selain itu selama proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan buah (Jamilah et al, 2017) Pengaruh waktu pengeringan selama 9 jam menghasilkan berat benih bernas per buah yang paling rendah diantara lama pengeringan yang lainnya. Hal ini diduga pollen telah banyak mengalami kerusakan sehingga viabilitasnya menjadi rendah (Fitmawati et al, 2011).…”
Section: Berat Benih Bernas Per Buah (G)unclassified