Seni perfilman sudah menjadi bagian dari hiburan manusia semenjak beberapa abad yang lalu, dimulai dari metode tradisional seperti dongeng oral, literatur, teater, dan seni visual lainnya. Di zaman modern ini, hiburan perfilman tidak hanya dapat dibuat dengan aktor dan setting dunia nyata, melainkan dapat dibuat secara digital melalui komputer. Mulai dari animasi 2D lalu 3D, motion capture adalah langkah selanjutnya dari animasi 3D konvensional, tetapi prosedur yang rumit serta biaya untuk perangkat yang diperlukan untuk memulai mencoba motion capture membuat banyak animator dan cinematographer amatir enggan mencoba. Pedro Nogueira mengatakan di paper nya mengenai Motion Capture Fundamentals, motion capture memiliki beragam keunggulan dibandingkan animasi komputer tradisional seperti proses yang lebih cepat, kemudahan penangkapan pergerakan kompleks dan interaksi fisik antar obyek. Namun, metode ini memiliki kelemahan seperti perangkat keras dan perangkat lunak spesifik yang harus digunakan dan biaya pembuatan yang lebih besar. Berdasarkan permasalahan itu, penulis mengusulkan suatu sistem dan prosedur, dimana pendekatan motion capture dapat dilakukan dengan efektif, efisien, dan biaya yang rendah. Penelitian ini memanfaatkan beberapa komponen seperti Raspberry Pi dan sensor ultrasonic sebagai modul extensi, begitupula platform Blender3D yang akan menghasilkan video animasi yang memanfaatkan motion capture menggunakan metode point tracking dari satu kamera. Digunakan Raspberry Pi karena modul WiFi yang terintegrasi dapat berkomunikasi dengan server telegram yang akhirnya, dengan bantuan sensor ultrasonic, dapat memberikan informasi ketinggian kamera yang dikirim ke pengguna melalui aplikasi Telegram dengan bantuan bot telegram. Informasi ini yang akan digunakan oleh user sebagai referensi untuk memastikan kamera di ruang 3D di dalam animasi menjadi lebih akurat.