Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) is one of native tree species in peatland forest and has high economical values. Sufficient amount in time of qualified seedlings is needed to support peatland rehabilitation program, and it can be achieved by tissue culture. The objective of the research was to find out the best modification medium of MS based on concentration of nitrogen and BAP for induction and multiplication of adventitious shoot from leaves. The protocol of tissue culture consisted of preparation of plant material, adventitious shoots induction, shoots multiplication, shoots elongation, rooting and seedling acclimatization. The results showed (1) addition of BAP 1.5 ppm on MS medium (80 mmol N) induced adventitious shoots from leaves; (2) addition of BAP 0.1 ppm on MS medium (80 mmol N) stimulated the highest multiplication of shoots; (3). clone 2 was the best explant on elongation and rooting stage; (4). clone 4 was the best explant in acclimatization stage.Keywords : Fagraea fragrans, tissue culture, medium, organogenesis ABSTRAK Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan jenis pohon yang mampu tumbuh di hutan rawa gambut dan bernilai ekonomi tinggi. Untuk mendukung program rehabilitasi lahan gambut, maka diperlukan bibit yang berkualitas, jumlah yang cukup dan tepat waktu. Upaya yang diperlukan dalam menyediakan bibit tersebut adalah perbanyakan bibit melalui teknik kultur jaringan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan komposisi media tumbuh MS dan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam pembentukan dan perbanyakan tunas adventif dari daun tembesu. Metode penelitian terdiri dari persiapan bahan tanaman, induksi tunas adventif, perbanyakan tunas adventif, elongasi, pengakaran dan aklimatisasi. Penelitian menunjukkan bahwa hasil yang terbaik yaitu (1) untuk menginduksi tunas adventif diperlukan media MS (80 mmol N) dengan penambahan BAP 1,5 ppm; (2) untuk perbanyakan tunas adventif diperlukan media MS (60 mmol N) dengan penambahan 0,1 ppm BAP; (3) pada tahap elongasi dan pengakaran lebih baik menggunakan tunas adventif dari klon 2; dan (4) pada tahap aklimatisasi lebih baik menggunakan tunas adventif klon 4.