Di Indonesia, 80,95% penduduk masih belum memiliki akses aman terhadap air bersih. Hal ini sangat jauh dari target akses air bersih bagi seluruh masyarakat Indonesia pada tahun 2030. Sebagai bagian dari warga Indonesia, komunitas agama perlu mengambil bagian dalam pemberian edukasi terhadap isu ini. Namun sejauh penelusuran penulis, masih sedikit riset teologi multi disiplin yang berfokus mengatasi akses air di Indonesia. Maka dari itu penulis berpendapat bahwa perlu ada pengembangan teologi yang menggerakan umat Kristen untuk mengembangkan akses air di Indonesia. Untuk mendukung ide ini, penulis memakai teologi air dari Barbara Rossing serta etika yang menghargai bumi dari Larry Rasmussen. Rossing melihat air yang adalah pemberi kesembuhan, pemberian cuma-cuma, kehidupan, pihak yang menangisi keadilan, dan pihak yang ditindas imperial. Etika Rasmussen mengontraskan asketisme dengan konsumerisme, imajinasi bumi yang suci dengan pandangan bumi yang dikomodifikasi, mistisisme dengan keterasingan, praktik profetik-liberatif dengan penindasan, serta hikmat dengan kebodohan. Dari kedua pemikiran ini, penulis mengonstruksi teologi akses air yaitu respiritualisasi dan rekonfigurasi praktik terhadap air. Respiritualisasi terhadap air mencakup asketisme air yang memberi kesembuhan, air yang suci sebagai pemberian cuma-cuma, mistisisme dengan air yang adalah kehidupan. Rekonfigurasi praktik terhadap air mencakup keadilan profetik bagi air, dan hikmat kontra imperial dalam penggunaan air. Hal tersebut diwujudkan dalam pengendalian diri, pengadaan air bersih gratis, mengutamakan keadaan air, mempertanyakan siapa yang diuntungkan dan memperjuangkan pembebasan akses air bagi seluruh pihak, serta berhikmat dalam melawan pihak dan sistem yang menghalangi akses air.