Pola Pewarisan Crest Ayam (Gallus gallus domesticus, Linnaeus 1758) Backcross Hasil Persilangan Ayam Mahkota dengan Ayam Kampung

Abstract

AbstrakMemelihara ayam hias merupakan salah satu kegemaran masyarakat Indonesia dan juga saranameningkatkan pendapatan. Salah satu ayam hias yang unik dan banyak menarik minat pecinta ayam hias adalah ayam Mahkota yang memiliki ciri khas bulu yang tersusun lebat di bagian kepala hingga menutupi mata. Jenis ayam hias tersebut umumnya memiliki kelemahan yaitu daya tahannya yang rendah terhadap penyakit. Ayam Kampung atau ayam buras merupakan ayam lokal asli Indonesia yang memiliki keunggulan yaitu memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit dibanding ayam ras. Penggabungan keunikan crest dari ayam Mahkota dan ketahanan terhadap penyakit dari ayam Kampung dapat diwujudkan salah satunya melalui proses backcross (BC). Penelitian ini dilakukan dengan menyilangkan ayam F Mahkota betina hasil persilangan ayam 1 Mahkota dan ayam Kampung dengan ayam Mahkota jantan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pola pewarisan crest dan pertumbuhan bobot keturunan BC pada umur 7 minggu. Anakan yang dihasilkan diamati perkembangan crest dan pertambahan bobotnya selama 7 minggu, kemudian variasi fenotipnya dianalisis dengan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 kelas fenotip yang berbeda dari 16 individu keturunan BC yang menunjukkan gejala poligen dengan 2 gen yang mempengaruhi dan memenuhi pola pewarisan 1:4:6:4:1.

Fertilitas dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung dan Pelung dari Induk Berbulu Hitam dan Berjengger Tunggal

“…Memperoleh bobot tetas telur ayam Kampung sebesar 32,52% [12]. Hasil penelitian diketahui bahwa ayam Pelung yang mencapai bobot tetas pada kisaran 33,8 g. Adanya variasi bobot telur ayam Kampung dan ayam Pelung [13]. Bobot tetas sangat dipengaruhi oleh bobot telur.…”

Performa Anakan Ayam Supel (Super Pelung) Hasil Persilangan Indukan Ayam Betina Jawa Super dan Ayam Jantan Pelung [Gallus gallus gallus, (Linnaeus 1758)]

“…Ayam Kampung dikenal sebagai ayam dwiguna yaitu dapat dijadikan ayam pedaging dan produksi telur. (Daryono et al, 2010). Daging ayam lokal sangat diminati oleh masyarakat Indonesia karena daging ayam lokal memiliki rasa yang khas jika dibandingkan dengan daging ayam Broiler (Sartika, 2012;Hidayat & Asmarasari, 2015).…”

“…Ayam lokal yang paling banyak dipelajari antara lain, ayam Cemani, Sumatera, Kedu, Banten/Kate, Nunukan, dan Pelung (Saragih et al, 2021). Berdasarkan penelitian Daryono et al (2010) persilangan antara ayam jantan Pelung dengan ayam betina Cemani dapat menghasilkan anakan dengan rerata berat badan rata-rata pada minggu ke-7 sebesar 532 ± 39,294 g. Penelitian Sopian et al (2015) menyatakan bahwa perkawinan antara ayam jantan Pelung dengan ayam betina Sentul dengan usia anakan umur 12 minggu menghasilkan rerata berat badan sebesar 1.237 g pada anakan jantan dan 1.036 g pada anakan betina.…”

“…Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan basal dengan kadar protein kasar sekitar 14-16% dan diberikan secara ad libitum. Metode perkawinan antara ayam betina Jawa super dengan ayam jantan Pelung mengacu pada metode yang digunakan oleh Daryono et al (2010) dengan modifikasi. Persilangan dilakukan ketika ayam betina Jawa super sudah siap bertelur.…”

Stress Indicator, Carcass Composition, and Meat Cholesterol of Kampung-Broiler Crossbred Chicken Treated By Different Stocking Density

“…This is caused by low productivity of kampung chicken and has not developed optimally. The growth efficiency of chicken and broiler is very different, kampung chicken reaches 900 g of body weight in 10 weeks (Aryanti et al, 2013) while broiler of Cobb strain can reach 2770 g in 7 weeks (Daryono et al, 2010).…”