Genetic variation is a major concern in animal genetic resources conservation program. This study aimed to analyze genetic variation and phylogeography of eight Indonesian swamp-buffalo populations based on cytochrome b gene marker. A total of 78 DNA fragment samples originating from eight Indonesian swamp-buffalo populations were used in this study, namely Bombana Island,
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik habitat burung maleo di TNRAW, yang berlangsung pada bulan Maret-April 2013 di Resort Langkowala Desa Watu-watu, kecamatan Lantari Jaya, TNRAW Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Survei lapangan dilakukan untuk mengamati kondisi habitat maleo, mengidentifikasi flora dan fauna, mengambil sampel yang diperlukan untuk pengamatan laboratorium dan melakukan wawancana langsung dengan petugas TNRAW dan masyarakat di sekitar lokasi pengamatan. Pengamatan suhu dan kelembaban udara dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bahwa habitat burung maleo di kedua lokasi terdiri dari pohon-pohon dengan ketinggian yang berkisar antara 15-30 meter dan semak belukar, tetapi kedua lokasi memiliki perbedaan jenis dan jumlah vegetasi, (2) pada lokasi pertama, kedalaman lubang bertelur rata-rata 43.33 cm dan lokasi kedua rata-rata 42.66 cm, (3) pada pukul 08.00, sarang bertelur maleo di lokasi pertama memiliki temperatur 28,930C dengan kelembaban 94,75%, sedangkan lokasi kedua adalah 29,960C, dengan kelembaban 94,04%. Pada pukul 13.00, temperatur di dua lokasi bertelur tidak jauh berbeda, yaitu sekitar 31,86oC, dengan kelembaban 94%. Pada pukul 17.00, di lokasi peneluran pertama memiliki temperatur sekitar 32,110C dengan kelembaban 93,98%, sedangkan pada lokasi kedua adalah 31,970C, dengan kelembaban 93,59%.Secara umum dapat disimpulkan bahwa karakteristik habitat burung maleo di TNRAW dicirikan oleh adanya pepohonan dengan tinggi berkisar 15–30 meter dan semak belukar. Disamping itu, tekstur tanah yang dominan adalah berpasir, dengan kedalaman lubang peneluran berkisar 35–55 cm dan rata-rata 43 cm.Kata kunci : maleo, karateristik habitat, TNRAW
Informasi sumber daya genetik diperlukan dalam program konservasi kerbau lokal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman sifat kuantitatif dan jarak genetik kerbau lokal Sulawesi Tenggara berdasarkan pendekatan morfologi. Sebanyak 271 ekor kerbau rawa yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari empat sub-populasi, yaitu Bombana kepulauan, Bombana daratan, Kolaka, dan Konawe. Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% digunakan untuk membandingkan sifat kuantitatif antar sub-populasi. Jarak genetik dianalisis dengan menggunakan fungsi diskriminan sederhana. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot badan kerbau jantan antar-sub-populasi tidak berbeda nyata (P>0,05), tetapi bobot badan kerbau betina Bombana kepulauan (465,22 ± 103,25 kg) berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dari pada sub-populasi lainnya. Keragaman sifat kuantitatif tertinggi ditemukan pada sub-populasi kerbau Konawe, yaitu pada sifat bobot badan kerbau jantan (22,05%) dan betina (35,36%), kemudian panjang pinggang (20,44%) pada jantan, dan lebar pinggang (14,58%) pada betina. Kerbau lokal Sulawesi Teggara dapat dikelompokkan ke dalam tiga kluster bedasarkan pohon filogeni, yaitu 1) Kluster Kolaka dan Konawe, 2) Kluster Bombana daratan, dan 3) Kluster Bombana kepulauan. Peubah pembeda kelompok kerbau lokal Sulawesi Teggara adalah panjang pinggang, panjang badan, dan lingkar dada. Nilai kesamaan fenotipe tertinggi ditunjukkan oleh kerbau Bombana kepulauan (68,57%), sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh kerbau Konawe (26,76%). Jarak genetik terjauh ditemukan antara kerbau Bombana kepulauan dan Konawe (3,71703), sedangkan yang terdekat teridentifikasi antara kerbau Kolaka dan Konawe (0,86616).
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tetas dan lama menetas telur ayam tolaki pada mesin tetas dengan sumber panas yang berbeda. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan di kandang pembibitan Fakultas Peternakan UHO. Ayam tolaki yang digunakan terdiri atas 5 ekor jantan dan 15 ekor betina umur sekitar 20 bulan. Perkawinan ayam dilakukan dengan cara IB. Parameter yang diamati adalah: fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas, bobot tetas dan lama menetas. Hasil penelitian menujukkan: (1) rataan fertilitas telur ayam tolaki pada mesin tetas PL adalah 58,57% dan mesin tetas PLM adalah 46,88%, namun kedua mesin tetas secara statistik tidak berbeda nyata, (2) rataan DHE pada mesin tetas PL adalah 96,67% dan mesin tetas PLM adalah 89,58%, (3) rataan daya tetas pada mesin tetas PL adalah 45,61% dan mesin tetas PLM adalah 64,81%, (4) rataan bobot tetas, pada mesin tetas PL adalah 26,47 g, sedangkan mesin tetas PLM 26,96 g, dan (5) lama menetas telur pada mesin tetas PL adalah 21.05 hari dan PLM adalah 21,09 hari. Secara statistik, penggunaan mesin tetas dengan sumber panas berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.Mesin tetas dengan sumber panas berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap fertilitas, DHE, daya tetas, bobot tetas dan lama menetas telur ayam tolaki. Untuk meningkatkan daya tetas direkomendasikan menggunakan mesin tetas dengan sumber panas kombinasi listrik dan lampu minyak. Kata Kunci : Fertilitas, DHE, Fertilitas Lama Menetas, Mesin Tetas dan Ayam Tolaki.
The objectives of this research was to provide data both qualitative and quantitative traits of laughing chicken. The research was conducted in period of December, 2012 to Januari, 2013 in Kendari. The location was determined using purposive sampling where the population of laughing chicken was high enough either in Sub-district or in village levels. Seventy five adult chicken consisted of 50 cocks and 25 hens were used in thes research to observe both qualitative traits (feather colors, feather patterns, feather like, feather stripe, shank color and comb shape) and qualitative traits (body weight and body dimension). The data of qualitative traits were analyzed using relative frequency value (percentage) and reviewed descriptively, while quantitative data were presented in mean with standard deviation and variance coefficient. The result showed that laughing chicken in Kendari both cocks and hens has colored feather (ii), black color pattern (E_), silver-like feather color (S_), and non barred (bb) stripe feather. The cock shank was dominated by black/grey (idid) while the hen shank was dominated by white/yellowish (Id_). The cock comb was dominated by single comb (rrpp), while the hen was dominated by pea comb (rrP_). Body weight of cock ranged between 1,521,94 kg with the average 1,81±0,08 kg, while the hen body weight ranged between 1,26-1,54 kg with the average 1,38±0,09 kg. the high score of variance coefficient of body dimensions of cock were neck length (11,47%), followed by length of the third toe (11,10%), sternum length (10,68%) and shank circle (10,16%), and the low score observed in sternum circle (4,01%). The back length (4,01%). While the high score of variance coefficient of body dimensions of hen were sternum width (10,35%) and the low score was observed in neck length (2,67%).Key words: Qualitative trais, quantitative, laughing chicken, KendariPenelitian ini bertujuan memperoleh data sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif ayam ketawa. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 bertempat di Kota Kendari. Penentuan lokasi penelitian secara purposive sampling yaitu pada kecamatan dan kelurahan yang memiliki ayam ketawa dengan populasi terbanyak. Ayam ketawa yang diamati adalah ayam dewasa berumur 12-18 bulan, yang terdiri atas 50 ekor jantan dan 25 ekor betina.Sifat kualitatif yang diamati adalah warna bulu, pola bulu, kerlip bulu, corak bulu, warna cakar dan bentuk jengger, sedangkan sifat kuantitatif meliputi bobot badan dan ukuran tubuh. Data sifat kualitatif dianalisis menjadi nilai frekuensi relatif dan diulas secara deskriptif, sedangkan data sifat kuantitatif dianalisis menjadi nilai rata-rata, simpangan baku dan koefisien keragaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenotipe sifat kualitatif pada ayam ketawa jantan maupun betina di Kota Kendari didominasi warna bulu berwarna (ii), pola bulu hitam (E_), kerlip bulu perak (S_), dan corak bulu polos (bb). Fenotipe warna cakar ayam ketawa jantan didominasi cakar hitam/abu-abu (idid), dan betina didominasi cakar putih/kuning (Id_), sedangkan bentuk jengger pada jantan didominasi jengger tunggal (rrpp), dan pada betina didominasi jengger kapri (rrP_). Bobot badan ayam ketawa jantan berkisar antara 1,52-1,94 kg, dengan nilai rata-rata sebesar 1,81±0,08 kg, sedangkan bobot badan ayam ketawa betina berkisar antara 1,26-1,54 kg, dengan nilai rata-rata sebesar 1,38±0,09 kg. Ukuran-ukuran tubuh ayam ketawa jantan yang memiliki nilai koefisien keragaman (KK) tertinggi adalah panjang leher (11,47%), kemudian panjang jari ketiga (11,10%), panjang dada (10,68%), dan lingkar cakar (10,16%), sedangkan yang terendah nilai koefisien keragamannya adalah lingkar dada (4,01%) dan panjang punggung (4,01%). Ukuran-ukuran tubuh ayam ketawa betina yang memiliki nilai koefisien keragaman tertinggi adalah lebar dada (10,35) dan yang terendah adalah panjang leher (2,67%).Kata Kunci : Sifat kualitatif, kuantitatif, ayam ketawa, Kota Kendari
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.