Rebuilding Space In Peranakan House In Lasem, Indonesia: Perceived Space Concept

Abstract

Indirectly and unconsciously, globalisation era affects the changing of activities in dwellings that urge the owner to presents different features and requirements. That was challenging and become an internal problem of the owners or the heir of the house. Therefore, the preservation of Peranakan houses in Lasem becomes an urgent task. Rebuilding Space becomes an action by the homeowners as a form of preservation. This study aims can be simply stated. It is to understand which components could support the embodiment of "new places" within the main building of Peranakan house and to encourage the reader to think differently about the meanings of space. To answer the aims, the method began with a survey, interviews and observations by documenting tangible activities and spaces within the main building of the case study was a Peranakan house called Kidang Mas in Lasem, Central Java. The research discussion supported with one of trialectics concept called Perceived Space. The researcher found the reproduction of space was created together with the production of social space which originated from changes in private to public activities, and it was seen that space is not a mere place or container.

Rebuilding Place of the Great Mosque of Banten, Indonesia through Thirdspace Concept

“…In this qualitative study, a spatial perspective will be applied based on the third space concept, especially perceived space, which has observable, tangible, and concrete properties. Perceived also known as primary moment which possible to produce and reproduce space [11]. The Banten Great Mosque Complex is located in Banten Lama, a historical landmark (Figure 1).…”

Pengaruh perubahan sirkulasi terhadap fungsi ruang di rumah Peranakan, Kampung Babagan, Lasem

“…Ketika wawancara di rumah, dapat dilihat adanya perubahan sirkulasi ruang pada rumah Peranakan Kidang Mas di Kampung Babagan, Lasem. Perubahan tersebut dikarenakan, rumah Peranakan Kidang Mas bukan sekadar sebagai hunian tetapi sebagai workshop kerajinan batik tulis khas Lasem, sehingga kegiatan yang ada tidak saja bersifat pribadi yang melibatkan keluarga, tetapi juga publik yang telah melibatkan pengguna ruang nonkeluarga (Darmayanti and Bahauddin 2019). Rumah Peranakan Kidang Mas dipilih sebagai objek penelitian bukan karena yang paling tua usianya, sejarahnya yang paling terkenal dikalangan masyarakat lokal atau batiknya yang paling indah di Lasem.…”

“…Pergerakan aktivitas tersebut meninggalkan jejak-jejak yang disebut sebagai sirkulasi. Jejakjejak dapat menjadi bagian dari kisah hidup penghuni dan orang yang mengalami di dalamnya yang merupakan warisan bagi generasi mendatang (Darmayanti and Bahauddin 2019). Soja (1998) memberikan pencerahan terhadap pernyataan di atas bahwa pergerakan orang, barang dan informasi menciptakan ruang persepsi dan mampu memberikan kesan tersendiri (Soja 1998).…”

“…Berdasarkan penelitian Darmayanti (2019), diketahui bahwa perubahan sirkulasi asli dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu ekonomi, sosial dan budaya di dalam keluarga (Darmayanti and Bahauddin 2019). Masing-masing faktor mempunyai alasan dan respon, yaitu: (1) Faktor ekonomi yang memengaruhi perubahan ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997, sehingga berdampak pada sektor bisnis, begitu juga yang terjadi di Kidang Mas.…”

“…Faktor lain yang mendukung pemilihan rumah ini adalah keramahan dan antusiasme pemilik rumah untuk berbagi cerita dan informasi tentang apa saja yang terjadi di rumah dan tentang budaya di sekitarnya. Ini penting, karena sulit untuk menemukan kepribadian seperti itu di Lasem (Darmayanti and Bahauddin 2019).…”