Resistensi Plutella xylostella terhadap Insektisida yang Umum Digunakan oleh Petani Kubis di Sulawesi Selatan

Abstract

Plutella xylostella merupakan hama utama tanaman kubis, yang merupakan serangga yang cepat resisten terhadap insektisida. Salah satu taktik dalam pengelolaan resistensi hama secara terpadu ialah pemantauan resistensi hama secara periodik dan berkesinambungan. Penelitian dilaksanakan sejak Bulan Februari hingga Agustus 2012 di Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui status resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang umum digunakan di wilayah tersebut. Penelitian terdiri atas dua kegiatan, pertama ialah survai untuk mengetahui jenis insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis di Kecamatan Anggeraja (590 m dpl.) dan Kecamatan Baroko (1040 m dpl.), Kabupaten Enrekang dan di Kecamatan Tombolo Pao (1600 m dpl.) serta Kecamatan Tinggi Moncong (1500 m dpl.), Kabupaten Gowa. Kegiatan kedua ialah pengujian toksisitas insektisida yang dilakukan di Posko Agens Hayati, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan, menggunakan metode pencelupan daun kubis. Serangga dianggap resisten jika LC50 bernilai ≥ 4 kali LC50 pembanding. Kesimpulan penelitian ialah bahwa P. xylostella asal Sulawesi Selatan resisten terhadap hampir semua insektisida sintetik yang umum digunakan oleh petani kubis. Insektisida biologi pada umumnya masih efektif, meskipun telah digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Hama tersebut juga terindikasi resisten terhadap insektisida sintetik yang berbahan aktif ganda. Untuk mengatasi masalah resistensi tersebut, upaya yang harus dilakukan ialàh menghentikan penggunaan insektisida yang sudah tidak efektif untuk sementara waktu (1–2 tahun) dan digantikan oleh insektisida lain yang masih efektif yang mempunyai cara kerja yang berbeda.

The role of bacterial symbionts in the biodegradation of chlorpyrifos in the digestive tract of Plutella xylostella larvae

“…The damage and production loss caused by P. xylostella can be prevented by chemical insecticide application. In Indonesia, The most common chemical insecticides to control these pests in Indonesia are the Organophosphate, Pyrethroid, and Carbamate groups (Prabaningrum et al 2016).…”

“…The insecticide chlorpyrifos is widely used for controlling P. xylostella (Ghaima et al 2020). However, chemical insecticide application causes many problems, such as increased pest resistance to pesticides, environmental pollution, death of non-target animals, and toxic chemical residues in the soil (Tong et al 2013;Prabaningrum et al 2016). In particular, pest resistance to insecticides has currently become a serious problem.…”

“…Krieger (2010) reported that further examination of the pest mechanisms for developing resistance was not widely carried out. The intensive and continuous use of chemical insecticides with the same active ingredient is one of pest resistance causes (Prabaningrum et al 2016). Li et al (2017) reported a relationship between symbiont bacteria in the digestive tract of P. xylostella and the biodegradation process of insecticides.…”

Efektivitas Ekstrak Tumbuhan Rawa sebagai Biopestisida Plutella xylostella dalam Skala Laboratorium

“…Selain itu, tanaman budidaya dan gulma yang termasuk suku Cruciferae dimungkinkan dapat menjadi inang dari Pluttela xylostella (Sopialena, 2018;Gazali, 2019). Pengendalian hama Pluttela xylostella umumnya dilakukan dengan penyemprotan insektisida yang mengandung bahan aktif metomil, klorfenapir dan chlorantraniliprole, namun pada akhirnya membuat hama tersebut menjadi resisten (Prabaningrum et al, 2013;Hu et al, 2014;Zhu et al, 2017). Resistensi yang terus meningkat dari genetik Pluttela xylostella membuat rendahnya produksi tanaman yang bersuku kubis seperti sawi, kubis bunga, pakcoy, dan brokoli, padahal potensi ekonomi dari jenis sayuran ini sangat tinggi dan bernilai ekspor (Arsanti, Sayekti and Kiloes, 2017) sehingga petani banyak mengalami kerugian.…”