Pada beberapa dekade terakhir, pertumbuhan produk listrik dan elektronika mengalami peningkatan yang signifikan, ditandai dengan peningkatan permintaan dan penjualan produknya secara global. Hal ini mempengaruhi masa pakai produk menjadi lebih pendek, yang tentunya berakhir lebih cepat menjadi limbah. Beberapa faktor penyebab kompleksnya permasalahan pengelolaan limbah elektronika adalah peranan dan fungsi para stakeholder seperti pemerintah, sektor informal dan industri manufaktur, serta dinas kebersihan. Artikel ini bertujuan menganalisis permasalahan pengelolaan limbah elektronik dan alternatif pemecahannya melalui model pengelolaan limbah dengan pendekatan Soft System Methodology (SSM). Data dan informasi sistem pengelolaan limbah elektronika diperoleh melalui studi literatur dan diskusi mendalam dengan beberapa pakar. Hasil studi menunjukkan bahwa pengaplikasian metode SSM menghasilkan model konseptual yang mengilustrasikan aktivitas antar sub elemen guna memperbaiki pengelolaan limbah elektronika. Model ini dibangun untuk meningkatkan pengelolaan limbah dan mengurangi potensi dampak negatifnya. Relevansi peran dan sinergi para pelaku seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha (usaha limbah, termasuk pemulung) menentukan keberhasilan tujuan. Sebagai pemangku kepentingan utama, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berperan dalam merancang kebijakan dan program. Hal ini dapat didukung oleh Kementerian Perindustrian, Dinas Kebersihan DKI Jakarta dan instansi terkait lainnya.