2019
DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v21i2.18557
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Sekolah Inklusi Sebagai Arena Kekerasan Simbolik

Abstract: Penelitian ini mendeskripsikan kekerasan simbolik yang terjadi di sekolah favorit. Ketika siswa dari keluarga miskin diberi kesempatan bersekolah di sekolah yang mayoritas siswa berasal dari kelas atas, maka siswa kelas bawah akan mengenal banyak habitus kelas atas. Di sinilah awal terjadinya kekerasan simbolik di sekolah. Studi ini menggambarkan bagaimana siswa miskin melakukan interaksi sosial di sekolah meskipun memiliki habitus yang berbeda dengan habitus mayoritas siswa di sekolah. Sekolah yang dipilih se… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

1
0
0
24

Year Published

2019
2019
2023
2023

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 13 publications
(25 citation statements)
references
References 1 publication
1
0
0
24
Order By: Relevance
“…78). Hampir segala yang dipelajari dalam pendidikan sebenarnya merupakan hasil hubungan dengan anggota lainnya di rumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan, dan lainnya (Martono, 2019). Oleh sebab itu, manusia atau masyarakat menjaga eksistensi hidupnya lewat pendidikan (Hamalik, 2004, hlm.…”
Section: A Pendahuluanunclassified
“…78). Hampir segala yang dipelajari dalam pendidikan sebenarnya merupakan hasil hubungan dengan anggota lainnya di rumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan, dan lainnya (Martono, 2019). Oleh sebab itu, manusia atau masyarakat menjaga eksistensi hidupnya lewat pendidikan (Hamalik, 2004, hlm.…”
Section: A Pendahuluanunclassified
“…Kondisi yang demikian menegaskan terjadinya kekerasan simbolik di sekolah. Studi ini menggambarkan betapa siswa miskin harus melakukan interaksi sosial di sekolah dengan teman-teman mereka yang memiliki habitus berbeda (Martono, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Modal adalah kulminasi sumber daya agen yang dapat ditransformasikan dalam berbagai aktivitas untuk meraih visi dan posisi sosial (Bourdieu, 1979a;Martono, 2018). Modal terbagi menjadi beberapa kategori, antara lain: 1) modal ekonomi sebagai sumber daya berbasis material yang dimanfaatkan untuk visi ekonomis (Bonnewitz, 1998); 2) modal sosial yang memposisikan sumber daya sebagai jaringan sosial dalam membangun relasi dan kolektivitas; 3) modal kultural berupa sumber daya yang berbentuk kompetensi dan diinstitusionalisasikan oleh individu dan kelompok (Martono, 2018); dan 4) modal simbolis sebagai sumber daya krusial yang mendeterminasi pengetahuan dan kebenaran sehingga membentuk praktik yang direproduksi berdasarkan kondisi masyarakat (Haryatmoko, 2016). Kepemilikan modal yang bervarian akan membentuk kelas-kelas yang diferensial, seperti: 1) kelas dominan dengan surplus sumber daya dan determinasi; 2) kelas borjuasi kecil dengan stok sumber daya menengah dan peluang mobilitas yang tinggi, dan 3) kelas populer yang mengalami dominasi kelas (Martono, 2018).…”
Section: Skema Praktik Sosialunclassified
“…Modal terbagi menjadi beberapa kategori, antara lain: 1) modal ekonomi sebagai sumber daya berbasis material yang dimanfaatkan untuk visi ekonomis (Bonnewitz, 1998); 2) modal sosial yang memposisikan sumber daya sebagai jaringan sosial dalam membangun relasi dan kolektivitas; 3) modal kultural berupa sumber daya yang berbentuk kompetensi dan diinstitusionalisasikan oleh individu dan kelompok (Martono, 2018); dan 4) modal simbolis sebagai sumber daya krusial yang mendeterminasi pengetahuan dan kebenaran sehingga membentuk praktik yang direproduksi berdasarkan kondisi masyarakat (Haryatmoko, 2016). Kepemilikan modal yang bervarian akan membentuk kelas-kelas yang diferensial, seperti: 1) kelas dominan dengan surplus sumber daya dan determinasi; 2) kelas borjuasi kecil dengan stok sumber daya menengah dan peluang mobilitas yang tinggi, dan 3) kelas populer yang mengalami dominasi kelas (Martono, 2018).…”
Section: Skema Praktik Sosialunclassified