2016
DOI: 10.26740/jptt.v7n1.p1-8
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Self Esteem dan Self Disclosure Pada Mahasiswa Psikologi Pengguna Blackberry Messenger

Abstract: The purpose of this research is to determine the correlation between self esteem and self disclosure of Psychology students of Universitas Negeri Surabaya who are using a social network of blackberry messenger. This research used quantitative method with correlational research design. Participants in this research were 187 students of Psychology students who have blackberry messenger accounts and are active users of blackberry messenger. Data collected using self esteem and self disclosure scales and analyzed … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
3
0
9

Year Published

2018
2018
2024
2024

Publication Types

Select...
8

Relationship

0
8

Authors

Journals

citations
Cited by 17 publications
(15 citation statements)
references
References 0 publications
0
3
0
9
Order By: Relevance
“…Menurut Sarwono (2010), seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi atau biasa disebut dengan harga diri positif cenderung merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dapat mengatasi kecemasan, dan mampu menangani penolakan sosial dari lingkungannya. Sedangkan menurut Burns (Prawesti & Dewi, 2016), seseorang dengan harga diri rendah cenderung kesulitan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan pikiran dan perasaannya, yang disebabkan oleh rasa takut tehadap penilaian negatif yang dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya. Coopersmith (1967) memaparkan bahwa harga diri mempunyai empat aspek, yaitu: (1) power (kekuasaan), yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain; individu yang memiliki power biasanya menunjukkan sikap asertif, (2) virtue (ketaatan), yang merupakan ketaatan pada nilai moral, etika, atau aturan-aturan yang ada di dalam masyarakat; individu yang mentaati nilai atau aturan-aturan yang ada pada masyarakat memiliki perasaan bangga terhadap dirinya dan merasa berharga karena meyakini bahwa taat pada aturan adalah hal yang diinginkan masyarakat, sehingga orang-orang akan menghargai individu tersebut dan menjadikannya sebagai teladan, (3) significance (keberartian), yang dapat diartikan sebagai keberartian individu di dalam lingkungannya; individu yang mendapatkan penghargaan, penerimaan, perhatian, dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, sahabat, dan masyarakat akan merasa lebih berarti, dan (4) competence (kompeten), yang merupakan suatu kemampuan untuk menggapai cita-cita atau mimpi yang diharapkan; individu yang mempunyai kemampuan yang memadai akan merasa percaya diri dan yakin untuk menggapai cita-citanya dan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 2 more Smart Citations
“…Menurut Sarwono (2010), seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi atau biasa disebut dengan harga diri positif cenderung merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dapat mengatasi kecemasan, dan mampu menangani penolakan sosial dari lingkungannya. Sedangkan menurut Burns (Prawesti & Dewi, 2016), seseorang dengan harga diri rendah cenderung kesulitan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan pikiran dan perasaannya, yang disebabkan oleh rasa takut tehadap penilaian negatif yang dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya. Coopersmith (1967) memaparkan bahwa harga diri mempunyai empat aspek, yaitu: (1) power (kekuasaan), yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain; individu yang memiliki power biasanya menunjukkan sikap asertif, (2) virtue (ketaatan), yang merupakan ketaatan pada nilai moral, etika, atau aturan-aturan yang ada di dalam masyarakat; individu yang mentaati nilai atau aturan-aturan yang ada pada masyarakat memiliki perasaan bangga terhadap dirinya dan merasa berharga karena meyakini bahwa taat pada aturan adalah hal yang diinginkan masyarakat, sehingga orang-orang akan menghargai individu tersebut dan menjadikannya sebagai teladan, (3) significance (keberartian), yang dapat diartikan sebagai keberartian individu di dalam lingkungannya; individu yang mendapatkan penghargaan, penerimaan, perhatian, dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, sahabat, dan masyarakat akan merasa lebih berarti, dan (4) competence (kompeten), yang merupakan suatu kemampuan untuk menggapai cita-cita atau mimpi yang diharapkan; individu yang mempunyai kemampuan yang memadai akan merasa percaya diri dan yakin untuk menggapai cita-citanya dan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Apabila dilihat dari faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya konformitas yang dipaparkan oleh Sears (1985), orang akan melakukan konformitas dengan beberapa alasan, yang mencakup rasa takut terhadap celaan sosial, rasa takut melakukan penyimpangan, kekompakan dalam kelompok, dan keterikatan terhadap penilaian bebas. Secara lebih spesifik, alasan rasa takut terhadap celaan sosial dan tindakan penyimpangan merupakan indikasi atau ciri-ciri orang dengan harga diri rendah sebagaimana telah dijelaskan oleh Burns (dalam Prawesti & Dewi, 2016). Burns (dalam Prawesti & Dewi, 2016) mengatakan bahwa orang dengan harga diri rendah adalah orang yang cenderung kesulitan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan pikiran serta perasaan dikarenakan orang tersebut takut terhadap penilaian negatif yang dapat dilakukan oleh diri sendri dan juga oleh orang lain di sekitarnya.…”
Section: Diskusiunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Self-esteem refers to one's evaluation of himself both positive and negative and can consider himself valuable (Prawesti, 2016). According to Velasco (2013) stated that self-esteem is one of the dimensions that can affect self-disclosure.…”
Section: Self-esteem Conceptmentioning
confidence: 99%
“…Dengan demikian, hal ini membuat penggunanya tidak malu untuk mencurahkan perasaan mereka secara umum melalui postingan foto, video atau status pada dunia maya daripada harus face to face secara langsung. Hal ini sejalan dengan penelitian Krasnova (dalam Prawesti & Dewi, 2016) yang mengatakan bahwa motivasi seseorang menggunakan situs jejaring sosial karena merasakan kenyamanan dalam menceritakan informasi pribadinya. Penggunaan jejaring sosial digunakan untuk membangun maupun memperluas hubungan sosial melalui dunia maya dan berfungsi untuk menjadi media dalam menyampaikan informasi.…”
unclassified