Sirkulasi dan Transmisi Literatur Keislaman: Ketersediaan, Aksesibilitas dan Kersebaran

Abstract

Kebijakan Orde baru yang mendislokasi aspirasi sosiopolitik Islam memicu aktivisMuslim melakukan tindakan kolektif dan regeneratif yang berorientasi dakwah ke masjid-masjid,yang relatif “independen”, terutama di milieu kampus.1Krisis moneter yang diikuti dengan tumbangnya rezim Orde Baru menimbulkankegamangan tentang nasib penerbitan buku, termasuk buku keislaman. Banyak orang pesimis,karena harga buku melonjak sejalan dengan melonjaknya harga kertas. Kekhawatiran ituternyata tidak terjadi. Yang terjadi justru menjamurnya enerbit-penerbit buku. Hal yang luputdari perhitungan itu adalah munculnya gerakan-gerakan keagamaan Islam non-mainstreamyang mengusung berbagai ideologi, baik lokal maupun transnasional.

Urgensi Perpustakaan Islam Digital dalam Menyediakan Literatur Keislaman bagi Muslim Milenial

“…Pada masa modern keberadaan Perpustakaan Islam banyak dipertanyakan oleh masyarakat, terutama dari sisi ketersediaan koleksi dan kebermanfaatan bagi masyarakat khususnya muslim. Perpustakaan Islam kini mulai banyak tersebar di lembaga pendidikan, yayasan, masjid dan mushalla yang berorientasi atau dikelola oleh aktivis Rohis dan LDK (Ichwan, 2018). Namun sayangnya kegiatan literasi, pengajaran, dan pemanfaatan sumber literatur keislaman dari perpustakaan tersebut sangat minim bila dibandingkan dengan perpustakaan umum lainnya.…”