Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis arena penari Gandrung Sewu di Banyuwangi melalui perspektif praktik sosial Bourdieu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif melalui pendekatan fenomenologi, di mana peneliti terjun langsung ke lapangan guna melalui proses pengamatan dan wawancara secara mendalam terhadap informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gandrung Sewu muncul sebagai pembaruan atas kesenian Gandrung dengan sisi yang berbeda. Gelaran ini menawarkan arena baru yang tidak sama dengan Gandrung, yakni arena untuk menunjukkan kualitas dan kemampuan diri. Kondisi tersebut tentu tidak jauh dari karakter khas mereka sebagai masyarakat Using yang selalu ingin dilihat dan terlihat, sehingga upaya atas kompetisi justru berusaha dikuasai. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa arena penari Gandrung Sewu yang dihadirkan oleh gelaran tersebut telah menjadi wadah mobilitas kelas sosial bagi masyarakat guna mendapat pengakuan di lingkungan tempatnya hidup dan berkembang.