“…Benih lamtoro mempunyai kulit benih yang keras, kulit benih yang keras mempunyai sifat dormansi yaitu suatu kondisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan (akhir pengamatan sesuai standar pengujian dan mutu benih tanaman hutan (Sudrajat, Nurhasybi, & Bramasto, 2015) Jenis mucuna yang mempunyai dormansi kulit biji yang dilakukan dengan menggunakan H2SO4 selama 10 menit menghasilkan daya berkecambah yang tinggi yaitu 92% (Astari, Rosmayati, & Bayu, 2014). Untuk jenis pilang yang direndam dengan H2SO4 pekat selama 20 menit menghasilkan daya berkecambah 56% dan yang tanpa perlakuan 0% (Suita & Bustomi, 2014), serta untuk jenis Acacia erioloba yang direndam H2SO4 selama 6 menit dapat menghasilkan daya berkecambah 88% (Rasebeka et al, 2014), begitu juga jenis weru dengan menggunakan perlakuan perendaman H2SO4 selama 10 menit dapat menghasilkan daya berkecambah mencapai 93% (Suita & Nurhasybi, 2014 Perlakuan perendaman dengan air panas juga merupakan perlakuan yang dapat meningkatkan daya berkecambah benih yang mempunyai dormansi kulit benih karena fungsi air panas dapat melunakkan kulit benih, untuk benih lamtoro yang ditabur pada bak kecambah tertutup sudah mampu menghasilkan daya berkecambah rata-rata 55%, dan kontrol hanya 44% (Tabel 3). Benih yang ditabur di laboratorium dengan metode UDK menghasilkan daya berkecambah 78% dan kontrol hanya 21,33% (Tabel 6).…”