2020
DOI: 10.14203/press.307
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Teknologi Fermentasi dan Pengolahan Biji Kakao

Abstract: Dibalik kelezatannya, nyatanya cokelat (kakao) memerlukan daya olah yang tidak sederhana. Barangkali sebagian besar dari kita juga tidak tahu bahwa biji cokelat Indonesia sering dihargai rendah di skala pasar internasional. Suatu paradoks sebetulnya mengingat Indonesia termasuk enam besar negara pemasok kakao di dunia. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa harga biji kakao asal Indonesia masih rendah dibandingkan kakao dari negara lain? Bagaimana petani kakao dapat berperan maksimal dalam meningkatkan kualitas… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
4
0
3

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 7 publications
(7 citation statements)
references
References 0 publications
0
4
0
3
Order By: Relevance
“…The treatment labeling matrix in this research is presented in Table 1. Furthermore, post-roasting cocoa bean cracking and husking using the machine depicted in Figure 1 were carried out to separate the bean contents from the husks (Fahrurrozi et al, 2020). Measuring the weight of post-roasting cocoa beans is also necessary to determine the weight per bean, facilitating the design of agricultural equipment or machinery, especially post-roasting cocoa bean cracking and husking machines.…”
Section: Methodsmentioning
confidence: 99%
“…The treatment labeling matrix in this research is presented in Table 1. Furthermore, post-roasting cocoa bean cracking and husking using the machine depicted in Figure 1 were carried out to separate the bean contents from the husks (Fahrurrozi et al, 2020). Measuring the weight of post-roasting cocoa beans is also necessary to determine the weight per bean, facilitating the design of agricultural equipment or machinery, especially post-roasting cocoa bean cracking and husking machines.…”
Section: Methodsmentioning
confidence: 99%
“…Pada umumnya proses pengeringan biji kakao kebanyakan masih dilakukan secara konvensional atau secara manual dimana biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan dibawah sinar matahari dan dilakukan pengadukan secara berkala agar pengeringannya merata, pada proses pengadukan ini dilakukan oleh manusia. Petani kakao sebagian besar mengolah buah kakao menjadi biji kering dengan alat dan cara seadanya, sehingga kurang lebih 90 persen biji kakao yang dihasilkan tergolong mutu rendah dengan ciri-ciri utama, kurang kering, terserang jamur dan banyak mengandung kotoran [2]. Rendahnya mutu kakao tersebut terutama adalah karena kemampuan petani perkebunan kakao rakyat baik kemampuan untuk memanfaatkan teknologi maupun kemampuan terkait dengan pengetahuan manajerialnya sehingga perilaku petani perkebunan kakao pada umumnya cenderung memperdagangkan biji kakao yang tidak difermentasi [3].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Fermentasi dilakukan untuk memunculkan cita rasa yang khas dari kakao. Cita rasa yang dihasilkan yaitu rasa pahit yang dihasilkan oleh senyawa theobromine serta rasa asam yang masih dominan (Fahrurrozi et al, 2020). Sedangkan rasa asam terbentuk dari asam-asam organik seperti asam asetat dalam pulp yang menembus kulit biji dan kemudian masuk ke dalam kotiledon.…”
Section: Aromaunclassified