2020
DOI: 10.25077/jantro.v22.n1.p70-80.2020
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Teong Negeri: Sentralitas Folklore Nama Lokal Komunitas dalam Jejaring Sosio-Kultural Islam Kristen di Maluku

Abstract: This article analysis about Teong Negeri has folklore centrality of community local name of Muslim-Christian socio-cultural network in Maluku. This study is qualitative research. Data were collected through interviews, documentary studies an observation. Methods analysis employed was descriptive qualitative. In the folklore of the village Wassu of Erihatu Samasuru (Christian), it has pela of the village of Haya Nakajarimau (Muslim) which means leader (older brother) for his three brothers, the village of Hatu … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2020
2020
2021
2021

Publication Types

Select...
2

Relationship

1
1

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(3 citation statements)
references
References 4 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Terlihat pada gambar 4 merupakan prosesi penerimaan masyarakat negeri Wassu, ketika acara pelantikan raja, yang dimulai dengan pengantaran seluruh masyarakat negeri terhadap Pela gandong Raja Negeri, Haya (Islam), Hatu (Kristen), Tehua (Islam) beserta seluruh masyarakatnya dalam tradisi kain gandong sambil menyanyikan lagu Gandong (Salakory, 2020).…”
Section: City Branding Ambon City Of Music Sebagai Folk Music Identity DI Malukuunclassified
“…Terlihat pada gambar 4 merupakan prosesi penerimaan masyarakat negeri Wassu, ketika acara pelantikan raja, yang dimulai dengan pengantaran seluruh masyarakat negeri terhadap Pela gandong Raja Negeri, Haya (Islam), Hatu (Kristen), Tehua (Islam) beserta seluruh masyarakatnya dalam tradisi kain gandong sambil menyanyikan lagu Gandong (Salakory, 2020).…”
Section: City Branding Ambon City Of Music Sebagai Folk Music Identity DI Malukuunclassified
“…Apalagi pada zaman Orde Baru, negeri mulai beralih menjadi desa. Salakory dalam tesisnya, menyatakan bahwa Teong Negeri merupakan simbol yang memiliki makna menjaga kohesi sosio-kultural dan menjadi identitas lokal masyarakat adat (Salakory 2020). Penelitian terdahulu tentang sakralitas antara lain melihat sakral berdasarkan totemisme masyarakat tradisional di Australia (Durkheim 1984); melihat sakral sebagai pengalaman supranatural (Eliade 2002); mengungkapkan fungsi dan sosok sentral yang memengaruhi keberadaan krobongan yang terletak di bagian dalem (interior) rumah tradisional Jawa yang sakral, serta melihat kemungkinan penerapannya untuk ruang suci di rumah masyarakat Jawa masa kini (Widayat 2004); melihat fakta sejarah yang menunjukkan bahwa nasionalisme Papua memiliki kesakralan dan dihidupkan melalui indoktrinasi oral dalam keluarga sehingga telah menegaskan perasaan berbeda dengan Indonesia.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Narasi itu merupakan tuturan dari orang tua (leluhur) yang ditransfer melalui cerita bersejarah sehingga menjadi pengetahuan suci yang dibangun berdasarkan pengalaman kolektif bersama sang Pencipta dan dalam relasi manusia. Pada bagian ini, penulis ini mencoba menjabarkan hasil penelitian berdasarkan data empiris sesuai dengan pengetahuan lokal tentang arti penting Teong Negeri yang merupakan simbol negeri adat dan menjadi bagian terpenting dari masyarakat keempat negeri adat dalam menjalin jejaring sosio-kultural (Salakory 2020).…”
Section: Makna Teong Negeri Bagi Masyarakat Pela Gandong Wassu Hayaunclassified