<strong>Abstract</strong>:<strong> </strong><em>Rimba sinkretis </em>is a set of teachings and beliefs in the Jambi indigenous community, which shows a mixture of elements or understandings with other religions (Islam), which is revealed to be a belief. The ethnographic approach is known to be suitable for elemental and cultural studies. This study reveals three crucial topics: First<em>, </em>there isa meeting point of local religion with Islam which is believed to have been mixed since the syncretic decades through the common teachings and beliefs of one god (monotheism). Second, the meeting point of beliefs that have spiritual similarities to Islam, both in religious expressions and prayers to God, includes <em>Lâ Ilâha Illallâh</em>, <em>Mu<span style="text-decoration: underline;">h</span>ammad Rasûlullah</em>, <em>Bismillâh</em>, <em>Salamikum</em>, <em>Allâh Akbar</em>, and <em>Yâ Allâh</em>, so that it does not conflict with their teachings as Muslims. Third, the beliefs of the Orang Rimba community in an almighty God named Allah <em>Ta‘ala</em>, the two prophets named Adam and Muhammad, <em>malakat orang meru</em> as the unseen (spirits), <em>bilik</em> (heaven) and <em>nereko</em> (hell) as places of torment for <em>doso</em> (sin) and <em>pahalo</em> (goodness), <em>baheulo</em> (gods) as jinn and demons, <em>balik ke henteu</em> as the afterlife, <em>Halam Robah</em> as the day of judgment and the <em>orang bek kebudi</em> as good and pious people (ulama).<br /> <br /><strong>Keywords: </strong><em>Rimba Sinkretis, </em>intersection of Islamic spirituality, local religion, indigenous people<br /> <br /><strong>Abstrak</strong><strong>:</strong> Rimba sinkretis adalah seperangkat ajaran dan kepercayaan dalam masyarakat adat Jambi yang menunjukkan adanya percampuran unsur atau paham dengan agama lain (Islam) yang diturunkan menjadi suatu kepercayaan. Pendekatan etnografi dikenal cocok untuk studi kepercayaan dan kebudayaan. Kajian ini mengungkap tiga topik krusial: Pertama, adanya titik temu antara agama lokal dengan Islam yang diyakini telah bercampur sejak lama dengan istilah sinkretis melalui kesamaan ajaran dan kepercayaan satu tuhan (monoteisme). Kedua, titik temu keyakinan yang memiliki kesamaan spiritualitas dengan Islam, baik dalam ekspresi keagamaan maupun segi pemanjatan kepada Tuhan, seperti <em>Lâ Ilâha Illallâh</em>, <em>Mu<span style="text-decoration: underline;">h</span>ammad Rasûlullah</em>, <em>Bismillâh</em>, <em>Salamikum</em>, <em>Allâh Akbar</em>, dan <em>Yâ Allâh</em>, sehingga tidak bertentangan dengan keyakinan ajaran orang rimba ketika sebagai muslim. Ketiga, kepercayaan Orang Rimba terdapat kesamaan spritualitas terhadap Tuhan Yang Maha Esa bernama Allah <em>Ta‘ala</em>, dua nabi bernama Adam dan Muhammad, Mengenal malakat orang meru sebagai malaikat yang gaib (roh), Adanya <em>bilik</em> sebagai (surga) dan <em>nereko</em> (neraka) sebagai tempat siksaan. Perilaku buruk dicatat sebagai <em>doso</em> (dosa) dan <em>pahalo</em> (kebaikan), keberadaan <em>baheulo</em> (dewa) sebagai jin dan setan, penamaan<em> balik ke heteu</em> sebagai akhirat, kepercayaan atas <em>halam robah</em> sebagai hari penghakiman dan <em>orang bek kebudi</em> sebagai orang baik dan saleh (ulama).<br /> <br /><strong>Kata Kunci</strong>: rimba sinkretis, persinggungan spiritualitas Islam, agama lokal, masyarakat adat